Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pasca kepastian mundurnya proyek Train Tangguh III, BP Berau berniat mengebut proyek tersebut agar dapat rampung sesuai target terbaru.
Seperti diketahui, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan, jadwal produksi Tangguh Train III akan mundur setahun dari target awal pada kuartal III 2020 menjadi kuartal III 2021.
Head of Country BP Indonesia Moektianto Soeryowibowo menjelaskan, saat ini proyek telah mencapai 60%. "10.000 pekerja dilibatkan, mundur dengan jadwal terbaru, karena ada beberapa penyebab, seperti yang dijelaskan SKK Migas dan sekarang kami fokus untuk mendeliver dengan jadwal yang baru," jelas Moektianto, disela acara IPA Convex 2019, Kamis (5/9).
Lebih jauh ia menambahkan, BP Berau Ltd telah merampungkan pemeliharaan fasilitas pengolahan (Train 1 Proyek Tangguh). Kedepannya, perseroan akan melanjutkan pemeliharaan fasilitas pengolahan Train 2 Proyek Tangguh. Moektianto menyebut, proyek train tangguh 2 akan dimulai pada tahun depan.
"Tahun depan (Train 2), namun belum lihat jadwalnya. Mudah-mudahan kita bisa lihat jadwalnya. Ibarat sepeda motor, kita harus servis biar jalannya bagus lagi. Biar gak gangguan mesin, prinsipinya itu," kata Moektianto.
Mengutip pemberitaan Kontan.co.id, Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengungkapkan, ada sejumlah kendala teknis yang menyebabkan jadwal operasional Proyek Strategis Nasional (PSN) itu mundur. Faktor pertama, adanya sedimentasi di perairan dekat proyek yang berlokasi di Teluk Bintuni, Papua Barat.
"Selama konstruksi ada kendala alam, sedimentasi di perairan untuk membawa material ke site, itu menghambat pengiriman material," ujar Fatar dalam paparan kinerja SKK Migas semester I-2019, beberapa waktu lalu.
Selain itu, sambung Fatar, pengiriman material yang berasal dari Sulawesi dan Jawa juga terlambat. Hal itu juga terjadi lantaran faktor alam, yakni bencana gempa dan tsunami di Palu, serta erupsi Gunung Anak Krakatau. "Saat gempa dan erupsi, supply (material) terhambat cukup lama," imbuhnya.
Sementara faktor lain penyebab mundurnya jadwal pengoperasian Tangguh Train III terkait dengan jumlah pekerja konstruksi yang tidak memadai. Sebab, kata Fatar, pengerjaan proyek Tangguh Train III ini berbarengan dengan proyek infrastruktur yang sedang marak dikerjakan.
"Pada saat yang sama proyek infrastruktur di Indonesia juga banyak. Saat kembali ke Jawa, mereka cenderung lebih memilih bekerja di proyek infrastruktur, jadi kontraktor harus rekrut ulang pegawai," tandas Fatar.
Sebagai informasi, Tangguh Train III adalah bagian dari Proyek Tangguh yang 40,22% sahamnya dimiliki oleh BP. Produksi LNG Tangguh Train III diperkirakan mencapai 3,8 juta ton per tahun, yang menambah total kapasitas proyek Tangguh menjadi 11,4 juta ton per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News