kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

BPK: Harga gas tinggi karena sudah mahal di hulu


Selasa, 20 September 2016 / 16:29 WIB
BPK: Harga gas tinggi karena sudah mahal di hulu


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan biaya eksploitasi gas bumi di Indonesia cukup tinggi. Hal inilah yang menyebabkan tingginya harga gas bumi di hulu.

"Yang membuat harga gas bumi mahal adalah biaya eksploitasi yang tinggi sekali di Indonesia dibanding negara lain," kata Anggota BPK Achsanul Qasasi, Selasa (20/9).

Menurutnya, biaya eksploitasi minyak dan gas bumi (migas) yang tinggi menyebabkan ongkos produksi menjadi mahal. Alhasil, harga gas di Indonesia tinggi sekali sehingga memberatkan industri di dalam negeri.

"Biaya eksploitasi migas di Indonesia itu mencapai US$ 47 per barel, padahal negara tetangga saja bisa US$ 15 per barel," ungkapnya.

Lanjut Achsanul, selain biaya eksploitasi, sumur-sumur yang sudah tua juga membuat bisnis tersebut menjadi tidak menarik. Belum lagi, banyak trader yang mengambil untung tinggi dari bisnis gas bumi.

"Struktur biaya eksploitasi harus dibenahi. Sehingga hulu bisa murah karena 90% harga gas itu ditentukan dari hulu. Belum lagi masalah trader yang berbisnis di sini jadinya rantai bisnis ini tidak efisien," tuturnya.

Menurut Achsanul, pemerintah harus turun tangan mengatasi masalah gas. Juga harus ada kepastian insentif bagi para investor untuk tertarik di bisnis eksploitasi gas. "SKK Migas harus berikan jaminan untuk bagaimana pebisnis tertarik di eksploitasi gas," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU

[X]
×