kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

BRSDM KKP kembangkan bank plasma nutfah tahun 2019


Kamis, 27 Desember 2018 / 20:16 WIB
BRSDM KKP kembangkan bank plasma nutfah tahun 2019
ILUSTRASI. Tinjauan Komisi IV DPR dan KKP ke BPBL Batam


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM), Kementerian kelautan dan perikanan (KKP) berencana mengembangkan bank plasma nutfah tahun 2019. Bank plasma nutfah adalah pengembangan spesies ikan - ikan yang hampir punah.

"2019, kita sudah mulai merintis bank plasma nutfah. Bank plasma nutfah ini kita mencoba membuat koleksi hidup dari spesies spesies yang kita miliki yang termasuk spesies endemic Indonesia," kata Syarif Widjaya selaku Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM), di KKP, Gambir, Kamis (27/12).

Saat ini ada 3.213 spesies ikan yang ada di Indonesia, sebagian dari itu, ikan-ikan sudah berada di zona merah (hampir punah) dan saat ini KKP mulai mencari ikan-ikan tersebut untuk di budidayakan agar tak punah.

"Saya minta semua UPT (Unit Pelaksana Tugas) kita mulai mencari ikan di lapangan dan mengumpulkan semuanya masing-masing 5 pasang yang bisa dicari di sungai, danau, rawa atau laut," ungkapnya.

Sebagai langkah pertama, Syarief akan melakukan identifikasi dari spesies endemic. "Ini baru pertama kali di Indonesia kita melakukan inventarisasi spesies endemic ini. Tapi kita cuma tau angkanya saja, kalau ikannya belum tahu ada di mana," ungkapnya.

Selanjutnya, proses identifikasi untuk volume ketersediaan di lapangan. Ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya ikan yang mulai punah tersebut.

"Proses ini diintensifikasi kategorinya. Apakah masih banyak, atau sudah mulai jarang, atau hampir tidak ada, atau hanya cerita," ungkapnya.

Misalkan saja ikan belida. Dahulu di Palembang Sumatera Selatan banyak sekali populasi ikan belida. Namun saat ini sudah jarang.

"Jadi kami sekarang bertugas menarik ikan-ikan yang ada di alam. Kita bawa ke balai-balai penelitian kita, dibiakkan ulang, dibudidayakan setelah itu kita kembalikan lagi ke lokasi awalnya, restocking ulang istilahnya," jelasnya.

Sebagai contoh, ikan belida salah satu proyek yang akan di kembangbiakkan. Sebelumnya, program ini sudah dilakukan untuk ikan dewa dan ikan torso yang ada di Jawa Barat.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa teknik dalam mencari ikan-ikan tersebut adalah dengan memasang alat monitor bernama VMS (Vessel Monitoring System) di kapal nelayan. Hal ini berguna untuk mengetahui posisi ikan berada.

Misalkan di Demak, di mana BRSDM KKP bekerjasama dengan Universitas Diponegoro melakukan identifikasi mengenai rajungan.

Hasil pendeteksian, rajungan ini dikonsumsi masyarakat dan dengan alat monitoring diketahui lokasi rajungan bertelur paling banyak di kawasan mana.

"Dengan VMS, kita menemukan titik di mana habitat asli rajungan, tempat ia bisa kawin dan  bertelur dan dari situ, muncul kebijakan kawasan konservasi, di mana penangkapan dalam radius tertentu dari kawasan itu, akan di tangkap. Pola ini yang harus dikembangkan di Indonesia," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×