Reporter: Handoyo | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Kebijakan pemerintah menerapkan bea keluar (BK) biji kakao per 1 April 2010 jelas menguntungkan industri pengolahan biji kakao lokal. Salah satu pemain yang menikmati kebijakan ini adalah PT Bumitangerang Mesindotama yang memiliki merek dagang BT Cocoa. Perusahaan pengolah biji kakao ini terus memperbesar serapannya atas biji kakao petani.
Untuk itu, kata Piter Jasman, Presiden Komisaris BT Cocoa, pihaknya akan membangun gudang penyimpan kakao yang cukup besar tahun ini dengan kapasitas 20.000 ton. BT Cocoa menargetkan pembangunan gudang akan selesai pada 2014.
Dengan demikian, "Tahun depan, kapasitas kita akan bertambah," kata Piter.
Saat ini, kapasitas gudang penyimpanan biji kakao yang dimiliki BT Cocoa hanya 10.000 ton. Maka, total kapasitas gudang BT Cocoa akan mencapai 30.000 ton.
Gudang baru tersebut akan dibangun di komplek pabrik pengolahan yang ada saat ini yakni di Tangerang. Investasinya tidak terlalu besar hanya US$ 3 juta atau sekitar Rp 33 miliar. Peningkatan kapasitas gudang dibutuhkan karena BT Cocoa akan terus mengerek kapasitas produksi.
Tahun lalu, produksi BT Cocoa hanya 80.000 ton. Di tahun ini, produksi BT Cocoa ditargetkan naik 12,5% menjadi 90.000 ton. Pada tahun depan, produksi BT Cocoa diharapkan naik 66,6% menjadi 150.000 ton.
Selain alasan penambahan kapasitas, penambahan gudang penyimpan kakao penting sebagai dampak antisipasi dari anomali cuaca. Sehingga, jika kondisi cuaca tidak bagus, perusahaan memiliki stok sehingga produksinya tetap stabil.
Di Indonesia, musim paceklik untuk komoditas kakao adalah bulan Januari-Maret. Biasanya, pada bulan-bulan ini produksi kakao masih sedikit.
Berdasarkan data dari Kementrian Perdagangan, produksi kakao selama beberapa tahun terakhir terus naik. Tahun 2011, produksi biji kakao hanya 712.231 ton. Lalu pada tahun lalu, produksi biji kakao mencapai 936.266 ton. Di tahun ini, target produksi kakao bisa mencapai 1 juta ton.
Ekspor olahan naik
Selain memenuhi pasar dalam negeri, BT Cocoa juga memasarkan produknya ke pasr ekspor. Komposisi penjualan dalam negeri dan ekspor seimbang, yakni masing-masing 50%. Beberapa negara tujuan ekspor BT Cocoa adalah Eropa Timur, Rusia, Ukraina, Arab Saudi dan China.
Sejak pemberlakukan bea keluar untuk mendorong industri hilir kakao di dalam negeri, ekspor biji kakao terus menurun. Ekspor kakao yang sebelumnya didominasi biji mentah kini bergeser ke kakao olahan.
Data Kementrian Pertanian menunjukan ekspor kakao pada Januari-Mei 2013 menurun dibandingkan tahun lalu menjadi 156.139 ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu 176.041 ton.
Sekedar catatan. BT Cocoa didirikan pada 1993 di Tangerang, Jawa Barat. Perusahaan ini memproduksi berbagai produk berbasis kakao, seperti cocoa butter, cocoa liquor, dan cocoa powder. Selain produk olahan kakao setengah jadi untuk industri-industri makanan, BT Cocoa juga memproduksi kakao olahan untuk penjualan ritel, dengan merek Java Powder dan Bali Powder.
Teranyar, BT Cocoa mendapatkan kontrak dari PT Nestle Indonesia untuk mengolah biji kakao menjadi bubuk cokelat. Bubuk cokelat hasil olahan BT Cocoa akan digunakan sebagai bahan baku minuman Milo. Tahun ini kebutuhan bubuk cokelat Nestle untuk Milo mencapai 2.000 sampai 3.000 ton.
BT Cocoa merupakan satu dari segelintir pengolah biji kakao lokal yang survive sebelum ada BK kakao. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News