Reporter: Mona Tobing | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Sampai dengan Maret ini, serapan Perum Bulog akan beras dari petani masih rendah. Alasan Bulog, pengadaan kontrak belum merata terjadi di semua daerah. Akibatnya, serapan beras dari petani sebanyak 2 juta ton dianggap berat.
Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog Lely Pelitasari menyebut, pada Maret saja serapan beras Bulog baru mencapai 30.000 ton. Sementara April ditargetkan mencapai 300.000 ton. Rendahnya serapan Bulog akan beras terjadi karena belum semua daerah melakukan pengadaan kontrak.
Lely juga mengakui, petani di beberapa daerah lebih suka menjual gabahnya ke perusahaan swasta ketimbang ke Bulog. Sebab, harga jual gabah dari perusahaan swasta lebih tinggi Rp 300 per kg dibandingkan dengan HPP. Artinya, gabah yang dijual petani ke perusahaan bisa mencapai Rp 4.000 per kg.
Sebagaimana diketahui, sesuai dengan Inpres No 5. HPP baru sebesar Rp 3.700 per kg untuk gabah kering panen (GKP). Lalu gabah kering giling (GKG) Rp 4.600 per kg dan harga beras Rp 7.300 per kg.
Kondisi ini membuat Bulog mengakui sulit untuk mencapai target penyerapan beras hingga 2 juta ton. "Target 2 juta ton itu angka psikologis tapi memang menjadi tantangan kami. Meski kami mampu menyerap produksi hingga 10%," tandas Lely pada Senin (30/3).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News