Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Mendapat tekanan dari dalam negeri lewat kenaikan tarif cukai, industri rokok tampaknya juga mulai dihimpit pasar luar. Belum lama ini, Pemerintah Indonesia melaporkan Australia kepada Organisasi Perdagangan dunia (WTO), menyusul kebijakan plain packaging atawa kemasan polos rokok. Rencananya, pada Juli mendatang bakal keluar keputusan WTO tentang sengketa bungkus polos rokok.
Ketua Gabungan Pengusaha Rokok Indonesia (Gaprindo) Muhaimin Moefti mengatakan, efek bungkus rokok polos tersebut bisa mengancam ekspor rokok Indonesia. Kalau Australia menang, tentu akan ada kemungkinan negara lain mengikuti, katanya kepada KONTAN (15/5).
Di kawasan Asia, Singapura dan Taiwan terlihat sudah mulai merencanakan kebijakan yang sama. Padahal, kata Muhamin, Taiwan di mata industri rokok merupakan pasar yang besar. Meski ekspor rokok Indonesia ke Australia tidak begitu besar, Muhaimin bilang, kebijakan kemasan rokok polos juga bakal mengancam penghasilan 6 juta orang tenaga kerja yang menggantungkan penghidupannya pada industri ini.
Sampai saat ini, porsi ekspor rokok paling besar masih di kawasan Asia Tenggara, khususnya Vietnam, Myanmar dan Kamboja. Muhaimin bilang, ada satu perusahaan rokok yang basis produksinya berada di Indonesia dan mayoritas menjual ke pasar luar negeri di Asia Pasifik. Saya tidak bisa sebut namanya, namun penyerapannya cukup bagus, ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan Indonesia, ekspor industri tembakau sepanjang 2016 tercatat US$ 959 juta. Jumlah tersebut naik 3% dibandingkan tahun sebelumnya yang US$ 922 juta. Sementara sampai Februari 2017, nilai ekspor industri tembakau US$ 163 juta, naik 2% dibanding periode sama tahun lalu, US$ 160 juta.
Ada indikasi meningkatnya ekspor lantaran, kian menurunnya penjualan di dalam negeri. Menanggapi hal tersebut, Muhamin tidak menyangkalnya. Inginnya fokus dalam negeri, tapi kalau ada kesempatan jual keluar, ucapnya.
Berdasarkan catatan KONTAN, salah satu produsen rokok yang melaporkan penurunan produksi di Indonesia tahun lalu adalah perusahaan rokok asal Amerika Serikat (AS) Philip Morris International (PMI). Merujuk pernyataan tertulis kinerja kuartal IV-2016, produksi rokok PMI di Indonesia turun 3,9% menjadi 105,52 miliar batang.
Volume produksi belum stabil di kuartal satu lalu, kata Muhaimin, saat ditanya berapa jumlah volume rokok saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News