kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cara BI turut menggenjot kinerja manufaktur


Rabu, 04 September 2019 / 16:33 WIB
Cara BI turut menggenjot kinerja manufaktur
ILUSTRASI. Pameran manufaktur


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna menggenjot pertumbuhan manufaktur Indonesia, pemerintah menetapkan lima sektor industri utama dalam fokus 'Making Indonesia 4.0'. Yang nantinya akan dijadikan fokus adalah sektor makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, dan elektronik.

Dari kelima sektor tersebut, Bank Indonesia (BI) menganggap ada tiga sektor yang bisa menjadi kekuatan untuk mendorong industri manufaktur, yaitu industri tekstil, otomotif, dan alas kaki.

"Kalau berdasarkan kriteria yang dilandasi studi yang dilakukan oleh BI, kami melihat tiga sektor tersebut memiliki daya saing paling kuat dalam kompetisi dalam pasar global," ujar Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo pada Rabu (4/9) di Jakarta.

Daya saing yang kuat tersebut dilihat Dody dari sisi dorongan dalam bentuk net surplus devisa terhadap perekonomian. Selain itu, ketiga sektor tadi memiliki tingkat ekspor yang lebih tinggi dari impor.

Baca Juga: Pemerintah akan terus memberi intensif perpajakan untuk menggenjot kinerja manufaktur

Untuk selanjutnya, BI mengaku akan terus melakukan pengawasan dalam proses implementasi dalam usaha menaikkan pertumbuhan manufaktur lewat tiga sektor tersebut. Tidak hanya memantau, BI juga akan menggandeng pemerintah untuk mengevaluasi proses menggenjot kinerja manufaktur.

"Menyelesaikan masalah dalam industri manufaktur ini memang tidak mudah. Oleh karena itu, dalam proses evaluasi kami akan menjabarkan kira-kira apa saja kendala dan proses penyelesaiannya sehingga nantinya kondisi manufaktur bisa lebih baik lagi," kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Endy Dwi Tjahjono.

Selain itu, BI juga masih akan mempertahankan kebijakan moneter dan makroprudensial untuk mendorong kinerja manufaktur. Kebijakan moneter bisa dilihat dari penurunan suku bunga acuan oleh BI dengan total 5 basis poin. Bersama dengan kebijakan makroprudensial, ini diharapkan bisa memudahkan perbankan dalam memberi kredit lebih besar.

Baca Juga: Bank Indonesia: Pertumbuhan manufaktur harusnya bisa 7%

Terkait dengan masalah pembiayaan, BI mengaku masih akan tetap membantu perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan kredit dengan perbankan. Bahkan, Endy mengaku kalau BI tidak segan untuk menjadi mediator antara perbankan dan perusahaan yang membutuhkan kredit.

Dari sektor pembayaran, BI juga akan membantu perusahaan untuk mendapat infrastruktur pembayaran baik non tunai maupun dengan sistem pembayaran lainnya.

Lalu, terkait dengan isu-isu yang terdapat di sektor manufaktur, BI akan membantu mengangkat isu tersebut ke kementerian agar bisa berintegrasi dan bersinergi untuk menyelesaikannya secara bersama-sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×