Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produktivitas petani jagung nasional untuk penyediaan pakan ternak kerap terkendala proses paska panen. Oleh karena itu Kementerian Pertanian mendorong investor swasta PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) untuk mengembangkan teknologi dan ketersediaan pengering jagung yang dapat diakses petani lokal.
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) bersama Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) melalui nota kesepahaman yang ditandatangani hari ini, Jumat (3/8), sepakat untuk mengembangkan kualitas jagung untuk pakan.
CPIN bakal menyediakan mobil alat pengering jagung dan KTNA akan mengorganisir petani untuk segera mengakses alat tersebut. Tapi CPIN tidak akan jadi pembeli tunggal dan petani dipersilahkan untuk menjual bebas.
Menurut Presiden Komisaris CPIN Hadi Goenawan Tjoe pihaknya telah menggelontorkan investasi senilai Rp 1,2 miliar untuk membangun satu unit mobile corn dryer yang dapat mengeringkan 1 ton jagung per jam.
"Ini bisa memperudah akses petani ke pasar jagung, mengurangi biaya handling, transportasi, dan mengurangi potensi penurunan kualitas jagung dalam proses paska panen," kata Hadi, Jumat (3/8).
Adapun saat ini CPIN baru membangun satu unit yang akan dikirimkan ke sentra produksi jagung di Lampung. Rencananya akan ada dua lagi yang akan dikirim ke Gorontalo dan Nusa Tenggara Barat.
Menanggapi hal tersebut Direktur Jendral Peternakan, Kementerian Pertanian I Ketut Diamitra yang mengawasi penandatanganan MoU menyatakan pihaknya mendorong industri swasta lain untuk turut menyediakan fasilitas serupa. Ia menargetkan bisa mendapatkan hingga 10 mobil pengering jagung untuk disebar ke sentra jagung lainnya.
"Dari Kementan akan menyiapkan anggarannya, tapi saya utamakan industri turut serta agar mereka memiliki rasa bertanggung jawab terhadap petani," kata Ketut.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesi (APJI) Sholahuddin menyatakan umumnya proses pengeringan jagung memakan waktu lama. Bila menggunakan proses pengeringan alami dijemur langsung matahari bisa menghabiskan hingga tiga hari untuk mencapai kadar air 16%, kemudian pada alat vertikal bakal membutuhkan waktu 15-18 jam untuk mengolah 10 ton jagung. Sedangkan dengan alat yang disediakan CPIN dapat memangkas waktu jadi satu jam per ton.
"Harapannya ini segera diperbanyak, dianggarkan dan agar Februari tahun depan petani tidak lagi menghadapi masalah," kata Sholahudin. Apalagi Februari menjadi bulan dengan curah hujan tinggi yang bisa ganggu kinerja petani jagung.
Kemudian dari sisi asosiasi petani, Ketua Umum KTNA Nasional Winarno Tohir menyatakan MoU ini sekaligus memberi jaminan pasar yang pasti bagi petani dan juga jaminan pasokan jagung berkualitas bagi CPIN.
"Seandainya ada stok jagung berlebih, bisa diarahkan untuk ekspor," kata Winarno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News