Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Chevron Indonesia Company menghentikan tender engineering, procurement and construction (EPC) di proyek gas bumi di laut dalam Indonesia atau Indonesia Deepwater Development (IDD). Alhasil, produksi gas proyek IDD molor. Padahal, target awal, dari lima lapangan yang akan dibor, tiga diantaranya diharapkan bisa berproduksi mulai 2018.
Kepala Divisi Manajemen Proyek dan Pemeliharaan Fasilitas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Agus Kurnia bilang, Chevron sebenarnya sudah membuka tender EPC, namun saat ini dihentikan lantaran pemerintah belum setuju permintaan Chevron agar pemerintah memperpanjang kontrak di proyek IDD. "Sudah ada beberapa calon pemenang, tapi dihentikan," ujar Agus, kepada KONTAN, Senin (24/11).
Perlu diketahui, Chevron memiliki tiga blok migas di kawasan IDD, yakni Blok Makassar Strait yang kontraknya habis pada 2020, Blok Ganal yang kontraknya habis pada 2028, serta Blok Rapak yang juga habis pada 2027. Nah, Chevron ingin pemerintah menyamaratakan masa habis kontrak untuk tiga bloknya menjadi 2028.
Dalam proyek IDD tersebut, Chevron akan mengebor 28 sumur di lima lapangan, yakni Lapangan Bangka, Gehem, Gendalo, Maha, dan Gandang. Proyek ini juga direncanakan akan menghasilkan gas 150 juta kaki kubik (mmscfd) dari Lapangan Bangka dan minyak 60.000 barel per hari (bph).
Kemudian, Lapangan Gehem diharapkan bisa menghasilkan gas 420 mmscfd dan minyak 27.000 bph. Lalu segera menyusul gas dari Lapangan Gendalo 700 mmscfd dan minyak 25.000 bph yang targetnya bisa produksi 2018.
Sementara dua lapangan lagi akan dikerjakan setelah tiga lapangan berproduksi. Semua pembangunan serta pengembangan lima lapangan investasinya US$ 12 miliar.
Agus menyatakan, sambil menunggu respon dari pemerintah, Chevron akan mengkaji ulang proyek IDD, apakah proyek bisa berjalan baik atau tidak. Bahkan, bila proyek ini tertunda, maka investasinya akan membengkak alias bisa lebih dari US$ 12 miliar. "Belum ada kepastian kapan proyek ini akan berlanjut, itu tergantung Chevron dan juga Pemerintah," jelas dia.
Agus bilang, Indonesia punya ketergantungan yang tinggi terhadap proyek IDD karena cadangan migas di sana sangat melimpah untuk kebutuhan domestik. "Saya berharap proyek IDD ini tetap diteruskan, dengan izin pemerintah," imbuhnya. Bila tak ada kejelasan, proyek ini bisa molor dua tahun atau baru bisa produksi 2020.
Menanggapi ini, Vice President Policy, Government and Public Affairs Chevron Yanto Sianipar bilang, proyek IDD terus berjalan untuk Lapangan Bangka, Blok Rapak yang kontraknya habis 2027.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News