Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian regulasi di tahun ini menyebabkan PT Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) tak terburu-buru mengumumkan penambahan investasi di bidang industri minuman. Apalagi performa bisnis minuman sempat turun sepanjang tahun lalu.
"Tahun kemarin saja industri minuman nasional minus 1% pertumbuhannya," ujar Lucia Karina, Director of Corporate Affairs PT Coca Cola Amatil Indonesia kepada Kontan.co.id, Rabu (28/2). Padahal biasanya tiap tahun industri ini dapat tumbuh 7%-8%.
Lemahnya daya beli menjadi biang kerok perlambatan industri ini di tahun 2017. Mengenai target di tahun 2018, kata Lucia, kompetisi industri minuman semakin ketat dan pelaku bisnis seperti CCAI masih berusaha keras untuk tumbuh positif.
"Persaingan juga dengan produk luar akibat adanya FTA 0% ini, sementara mereka ongkos raw material lebih murah dibandingkan kami," ungkap Lucia.
Beberapa bahan baku minuman diakui CCAI masih impor seperti gula rafinasi, koka dan ekstrak jus.
Beberapa wacana regulasi baru menjadi perhatian CCAI lantaran akan mempengaruhi investasi baru perusahaan ini. Lucia menyoroti antara lain terkait undang-undang pengelolaan sumber air dan larangan terbatas (lartas) impor gula.
"Yang pasti 2018 ini banyak gonjang ganjing di industri food and beverages, namun kami masih melihat positif saja. Juga kami wait and see soal regulasi ini, apakah pemerintah fokus untuk menjaring investasi baru," ungkap Lucia.
CCAI membeberkan sepanjang 2017 perseroan telah menggelontorkan investasi US$ 110 juta.
Kedepannya, Lucia berharap, pemerintah dapat merancang regulasi yang memicu semangat dunia usaha, khususnya untuk industri minuman dengan cara simplifikasi perizinan, support pendistribusian produk serta bahan baku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News