Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Markus Sumartomjon
CIBITUNG. Tren konsumsi minuman kemasan plastik (PET) yang mewabah membuat PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) berniat memperbesar produksi minuman dalam kemasan botol plastik.
Putri Silalahi, Manager Media dan Komunikasi Coca-Cola Amatil Indonesia menuturkan, saat ini, komposisi produksi antara minuman produk Coca-Cola yang berbotol kaca atau returnable glass bottle dan botol plastik hampir berimbang. "Belum semua produk diganti ke botol plastik karena masih ada beberapa daerah yang lebih memilih botol kaca," ujarnya kepada KONTAN (14/5).
Pasalnya, harga produk botol kaca lebih murah ketimbang botol plastik lantaran konsumen hanya membeli isi saja. Untuk harga produk Coca-Cola dari botol kaca cuma Rp 2.500, adapun botol plastik mencapai Rp 3.500.
Tapi, Coca-Cola Amatil Indonesia tengah gencar memperbesar kemasan botol plastik. Tahun lalu, pertumbuhan minuman plastik Coca-Cola Indonesia naik 19% dari tahun 2011. Keberhasilan ini berkat peningkatan jumlah mesin pendingin (cooler) dan makin banyak produk Coca-Cola yang memakai botol plastik.
Adapun produksi botol plastik juga ditingkatkan di beberapa pabrik Coca-Cola Indonesia. "Kami menambah lini produksi botol plastik, namun tidak mengurangi jumlah produksi botol kaca," ujar Stuart Comino, Direktur Pemasaran Coca-Cola Amatil indonesia. Dari sembilan pabrik
Coca-Cola yang beroperasi di Indonesia, sebanyak lima pabrik sudah memproduksi botol plastik. Yakni pabrik di Medan, Cibitung, Bandung, Surabaya, dan Bali.
Menurut Donny Aria Iskandar, Warehouse Manager PT CCAI, pabrik Coca-Cola yang terbesar ada di Cibitung, Jawa Barat. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 250.000 bok - 350.000 bok per hari dan 30%-nya untuk botol kaca.
Putri menambahkan, total kapasitas produksi pabrik Cibitung berkontribusi sekitar 45% dari total kapasitas produksi Coca-Cola di Indonesia. Berarti, total kapasitas produksi Coca-Cola di Indonesia antara 550.000 boks hingga 770.000 boks per hari.
Coca-Cola Amatil tidak main-main dalam mengembangkan bisnis di Indonesia. Perusahaan berbasis di Australia ini sudah menyiapkan modal US$ 500 juta dalam tiga hingga empat tahun mendatang. Sekitar 25% dari modal untuk pengembangan infrastuktur dan manufaktur, seperti menambah lini produksi. Sedangkan 25% lainnya untuk menambah mesin pendingin.
Erich Rey, Presiden Direktur CCAI berharap, tahun ini kinerja Coca-Cola Indonesia bisa tumbuh dobel digit. Tahun lalu pendapatan Coca-Cola Amatil di Indonesia dan Papua Nugini naik 12,1% menjadi A$ 845,5 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News