kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Combiphar bikin pabrik siosimilar


Jumat, 21 Agustus 2015 / 10:47 WIB


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Bisnis farmasi bisa jadi adalah salah satu bisnis yang tahan banting. Pasalnya, di tengah perlambatan ekonomi, kebutuhan untuk mengobati penyakit tentu tak bisa ditunda. Itulah yang barangkali jadi bekal kepercayaan diri PT Combiphar menambah pabrik tahun ini.

Combiphar berencana membangun pabrik biosimilar di kawasan industri Jababeka, Cikarang, Jawa Barat. Biosimilar adalah obat-obatan biologi yang dibuat mengikuti produk penemuan asli yang sudah habis masa patennya. "Pabrik ini memproduksi biosimilar yang lebih fill and finish belum ke upstream-nya," terang Michael Wanandi, Chief Executive Officer (CEO) kepada KONTAN, Kamis (20/8).

Target pembangunan alias ground breaking pabrik ini pada akhir tahun 2015 nanti. Lantas, target pembangunan memakan waktu 1,5 tahun hingga dua tahun. Jadi, kalau tak meleset pabrik biosimilar akan beroperasi mulai 2019.

Untuk memuluskan langkah, Combiphar menyiapkan dana investasi hingga US$ 15 juta.

Jika mengacu pada nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah di pasar spot kemarin (20/8), yakni Rp 13.838 per dollar AS, nilai investasi itu setara dengan Rp 207,57 miliar.

Pasca pabrik biosimilar beroperasi nanti, Combiphar akan genap mengoperasikan dua pabrik. Pabrik pertama mereka terletak di Padalarang, Jawa Barat.

Meski masih optimistis mengembangkan ekspansi bisnis, Combiphar bukannya imun dari tantangan. Senada dengan perusahaan farmasi lain, perusahaan yang mengawali bisnis dari industri rumahan di Bandung, Jawa Barat itu juga jiper melihat posisi rupiah yang terus melemah.

Untuk menahan kejatuhan lebih dalam akibat terpapar kurs, Combiphar mengaku menerapkan strategi efisiensi produksi. Sayangnya perusahaan itu tak menjelaskan detail strategi mereka.

Michael memastikan jika strategi perusahaannya itu jitu. Dus, Combiphar masih mempertahankan target pendapatan sepanjang tahun ini sebesar Rp 1 triliun. "Sampai tengah tahun ini kami masih on the track," ujarnya.

Tingkatkan produk preventif

Selain meningkatkan efisiensi produksi, Combiphar berharap target pendapatan mereka bisa tertopang peluncuran produk baru. Pilihan perusahaan itu adalah produk preventif atau produk untuk mencegah penyakit.

Rencana Combiphar, satu produk preventif anyar akan masuk pasar pada kuartal IV-2015 nanti. Hingga saat ini, perusahaan tersebut masih merahasiakan detail apa produk anyar tersebut.

Asal tahu saja, selain produk preventif, Combiphar juga memproduksi produk kuratif atau produk yang bersifat mengobati penyakit. Dalam situs resmi perusahaan itu, ada 23 kategori produk kuratif dan lima kategori produk preventif.

Beberapa produk preventif besutan Combiphar seperti suplemen pelindung hati bermerek Hezandra dan pembersih organ intim kewanitaan bermerek Prive. Ada pula suplemen osteoporosis bermerek Joint Fit.

Nah, bukan tanpa alasan Combiphar meluncurkan produk anyar preventif di kuartal IV-2015 nanti. Rupanya sejak tahun 2012, perusahaan itu sengaja memfokuskan diri memperbanyak produk preventif ketimbang kuratif.

Tujuan Combiphar memperbesar kontribusi pendapatan produk preventif. Catatan perusahaan itu, sepanjang bulan Agustus 2015, komposisi pengguna produk preventif 55% dan produk kuratif 45%. "Harapan kami, sementara bisa meningkat 60:40 untuk preventif dan kuratif di tahun depan," kata Michael.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×