kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

CSIS: Pelemahan rupiah hanya akan berpengaruh pada komoditas pangan impor


Rabu, 25 Maret 2020 / 11:09 WIB
CSIS: Pelemahan rupiah hanya akan berpengaruh pada komoditas pangan impor
ILUSTRASI. Warga membeli kebutuhan bahan pangan di Pasar Palmerah, Minggu (22/3/2020). Peneliti CSIS menyebut tren pelemahan rupiah hanya akan berpengaruh pada komoditas pangan impor. KONTAN/Baihaki/22/3/2020


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang disebabkan oleh wabah virus corona (Covid-19) dinilai tidak akan terlalu berimbas pada harga sektor pangan dalam negeri.

Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Fajar B. Hirawan menyatakan, dampak pelemahan ini tidak akan berimbas secara signifikan terhadap harga-harga bahan pokok secara umum.

Baca Juga: INDEF: Pelebaran defisit APBN tak perlu hingga 5% dari PDB

Menurutnya, kalaupun ada perubahan harga pada bahan pangan, maka itu disebabkan oleh tingginya permintaan dan juga gangguan logistik di dalam negeri.

"Untuk harga bahan pokok atau pangan secara umum, saya rasa tidak akan ada dampak yang cukup berarti. Kenaikan harga justru lebih disebabkan oleh tingginya permintaan akibat rush atau panic buying yang terjadi, ditambah gangguan transportasi atau logistik antar daerah di dalam negeri," ujar Fajar kepada Kontan.co.id, Selasa (24/3).

Fajar menjelaskan, pelemahan nilai tukar hanya akan berpengaruh pada harga dari beberapa bahan pangan yang masih mengandalkan impor, seperti bawang putih, kedelai, dan beberapa komoditas lainnya.

Pasalnya, pelemahan nilai rupiah akan membuat nilai impor menjadi mahal. Selain itu, perubahan harga beberapa komoditas pangan ini akan didukung oleh adanya gangguan lalu lintas perdagangan dunia akibat penyebaran virus corona.

Baca Juga: Ma'ruf Amin sebut pemerintah tengah kaji berbagai relaksasi bagi warga miskin

Namun demikian, Fajar menegaskan, hal yang perlu menjadi catatan adalah inflasi harga barang bergejolak, termasuk pangan, memang sudah mulai mengalami peningkatan sejak Juni 2019 lalu.

"Kondisinya sejak periode itu selalu di atas inflasi inti. Hal ini ditengarai diakibatkan permasalahan suplai, seperti gagal panen karena curah hujan yang tinggi dan gangguan lainnya dari sisi suplai," paparnya.

Kemudian, apabila pelemahan nilai tukar rupiah ini terus berlangsung sampai dengan beberapa waktu ke depan, tentu ini bisa jadi ikut memengaruhi harga bahan pangan pokok non impor. Ini dikarenakan, harga bahan pangan atau bahan pokok, baik impor maupun non impor dipengaruhi oleh permintaan dan suplai.

Baca Juga: Pasokan makanan cukup, BI optimistis inflasi Maret 2020 sebesar 0,11%

Untuk mengantisipasi dampak negatif yang akan terjadi ke depannya, Fajar mengatakan pemerintah dapat melakukan beberapa cara. Contohnya, seperti melakukan operasi pasar melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Bulog.

"Pemerintah juga bisa memberikan subsidi dan bantuan sosial melalui bantuan pangan nontunai (BPNT) dan bantuan langsung tunai (BLT), bagi masyarakat yang rentan terkena imbas kenaikan harga pangan, yaitu masyarakat berpendapatan rendah atau miskin," kata Fajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×