Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Mundurnya panen garam dari bulan Juni menjadi Agustus tahun ini membuat produksi PT Garam (Persero) diprediksi tak akan mencapai target tahun ini. Padahal, perusahaan pelat merah ini menargetkan untuk memproduksi garam sekitar 400.000 ton setiap tahun.
Direktur Utama PT Garam R. Achmad Budiono menjelaskan, target produksi tahun ini tidak tercapai seperti mengulang kejadian tahun lalu yang realisasi produksinya hanya 340.000 ton. "Tahun lalu, masalahnya adalah penanganan lahan yang kurang maksimal sehingga kami mengusung target yang lebih realistis tahun ini,” katanya pada KONTAN, Rabu (3/8).
Achmad menyebut, sepanjang tahun 2016 ini, PT Garam hanya menargetkan total produksi sebanyak 345.000 ton karena faktor gangguan cuaca. Dia bilang, bulan ini, perusahaan bakal mulai memanen garam di dua wilayah, yaitu Pulau Madura dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Achmad memprediksi, panen garam dari lahan seluas 5.600 hektare (ha) tambak garam di Madura hanya sekitar 300.000 ton atau turun dari produksi tahun lalu yang mencapai 340.000 ton.
Namun, Achmad mengaku kekurangan produksi ini akan coba ditambal dengan produksi garam dari tambak garam milik petani garam NTT yang mulai digarap PT Garam mulai tahun ini dengan potensi produksi 45.000 ton.
Khusus untuk lahan baru di NTT, Achmad mengaku bakal menggunakan masa panen musiman, yang artinya garam bakal dipanen saat mendekati musim hujan. Selain itu, perusahaan juga mulai menerapkan teknologi mesin dalam produksi garam di sana lantaran keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). "Padahal, sebenarnya keunggulan bisnis garam adalah bisnis ini padat karya," ujar Achmad.
Sekadar informasi, meski panen raya garam baru berlangsung bulan ini, namun sepanjang semester I tahun ini, PT Garam telah berhasil memproduksi garam hingga 100.000 ton.
PT Garam menerima dana Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2015 yang baru cair di awal tahun ini senilai Rp 300 miliar. PT Garam menggunakan dana sekitar Rp 56 miliar untuk membangun pabrik baru di Pulau Madura, Rp 222 miliar untuk menyerap garam rakyat, Rp 7 miliar untuk meningkatkan produksi, serta Rp 7 miliar sisanya untuk lahan baru di NTT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News