Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Test Test
JAKARTA. Iklim yang kurang bersahabat pada 2011 lalu membuat produksi perusahaan pengolahan teh PT Pagilaran menjadi 6.000 ton saja, anjlok 26% dari produksi tahun sebelumnya. Namun sejumlah langkah antisipasi yang sudah dipersiapkan sejak tahun lalu membuat manajemen perusahaan yang berlokasi di Jawa Tengah ini optimis produksi tahun ini bisa naik 30% dari tahun lalu menjadi kurang lebih 7.800 ton.
Direktur Utama PT Pagilaran Rachmad Gunadi mengatakan dengan kondisi iklim yang tak menentu, pihaknya lebih mengutamakan perbaikan produksi lewat intensifikasi daripada ekstensifikasi. Untuk itu perusahaan telah melakukan sejumlah perbaikan produksi misalnya dengan memperbaiki cara pemetikan pucuk teh, pemupukan yang tepat dan pengendalian hama.
Selain itu PT Pagilaran bekerja sama dengan perusahaan pengolah teh berskala internasional bekerja sama membuat sekolah petani teh untuk
meningkatkan kualitas dan produktivitas kebun teh rakyat pada triwulan terakhir 2011. "Hasilnya cukup menggembirakan, hasil produksi Oktober hingga Desember tahun lalu naik 14% dibandingkan produksi periode yang sama tahun 2010," kata Rachmad ketika dihubungi KONTAN, Senin (9/1). Menurutnya, perusahaan juga mengembangkan pupuk daun dengan harga lebih ekonomis.
Dia menggambarkan jika harga pupuk daun di pasaran Rp 100.000 per liter, maka pupuk daun yang dijual Pagilaran kepada petani hanya Rp 10.000 per liter. Hasil penggunaan pupuk produksi mereka ini menurut Rachmad cukup sukses menaikkan produktivitas kebun. "Dari empat kali pemetikan, tiga kali hasilnya lebih tinggi dari jika menggunakan pupuk yang biasa," kata Rachmad.
Dengan peningkatan produktivitas ini Rachmad optimis bisnis teh ke depan akan terus berkembang karena memiliki potensi keuntungan yang besar. Rachmad mengatakan potensi ini juga semakin disadari oleh petani teh rakyat di Jawa Tengah yang mulai mengembangkan kebun swadaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News