Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kondisi cuaca yang tidak menentu dan tingginya curah hujan hampir sepanjang tahun ini membuat produksi kakao diprediksi bakal tergerus. Jika pada kondisi cuaca normal produksi kakao bisa mencapai 550.000 ton, tahun ini, diprediksi produksi kakao maksimal hanya sebanyak 500.000 ton atau turun hampir 10%.
Arief Zamroni, Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) mengatakan, penurunan produksi kakao ini dipengaruhi penyakit dan tumbuh suburnya jamur pada pohon kakao karena tingginya curah hujan. Meski begitu, harga jual kakao masih stabil karena permintaan pasar, baik lokal maupun ekspor masih tinggi. "Harga jual masih stabil, karena permintaan banyak. Ini seiring dengan makin banyaknya industri berbahan baku kakao masuk ke indonesia," katanya pada KONTAN, Senin (31/10).
Maklum saja, sampai dengan sekarang, hasil produksi dalam negeri belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan bahan baku industri berbasis kakao yang mencapai sekitar 800.000 ton.
Untuk meningkatkan hasil produksi kakao, Arief menyarankan untuk dilakukan peremajaan tanaman karena sekitar 80% dari luas kebun kakao yang mencapai 1,7 juta hektare (ha) sudah harus diganti dan membutuhkan pendampingan dari pemerintah.
Penurunan produksi ini juga diperkirakan bakal memukul ekspor kakao nasional yang tahun 2016 lalu mencapai 40.000 ton menjadi hanya sekitar 25.000 ton tahun ini.
Penurunan volume ekspor ini juga bukan hanya karena produksi turun, tapi juga karena pemberlakuan bea keluar 10% untuk ekspor kakao yang masih diberlakukan pemerintah sebagai bagian dari mendukung industri kakao olahan dalam negeri memperoleh bahan baku.
Pieter Jasman, Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) mengatakan bahwa industri masih terus kekurangan bahan baku tahun ini seperti yang terjadi dua tahun sebelumnya.
Menurutnya, produksi kakao yang saat ini hanya sekitar 400.000 ton–500.000 ton per tahun, sedangkan kapasitas terpasang industri kakao mencapai 800.000 ton. Alhasil, kapasitas terpakai perusahaan saat ini hanya sekitar 50%. Bahkan, Pieter menyebut, industri kakao masih tetap harus impor kakao. Tahun lalu saja, industri mengimpor kakao sekitar 53.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News