Reporter: Muhammad Julian | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sementara itu dari sisi internal, kondisi keuangan perusahaan yang belum menggembirakan juga didorong oleh utang yang terlalu besar serta investasi di bidang bisnis baja pada 10 tahun terakhir yang dinilai belum memberikan manfaat besar bagi perseroan.
Untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan, Silmy mengatakan bahwa KRAS akan berupaya meningkatkan volume bisnis dna penjualan serta memperkuat produk-produk hilir melalui berbagai kerja sama yang akan dilakukan dengan mitra-mitra bisnis maupun mitra industri yang selama ini telah menjadi pelanggan KRAS.
Melalui strategi di atas, Silmy optimistis kondisi keuangan KRAS dapat kembali positif pada kuartal I 2020. “Kuartal IV 2019 akan kelihatan perbaikannya,“ ujar Silmy Karim kepada Kontan.co.id (31/8).
Baca Juga: 2.683 pekerja kena PHK massal, saham KRAS memerah
Catatan saja, saat ini KRAS juga tengah melakukan upaya restrukturisasi utang melalui perjanjian kredit (PK). Berdasarkan publikasi Kontan yang dimuat secara daring pada 29 Agustus 2019, upaya restrukturisasi ini terdiri atas tiga skema, yaitu pembayaran menggunakan cashflow, penjualan aset dan convertible bond.
Menurut keterangan Silmy, upaya restrukturisasi utang tersebut dilakukan terhadap sebanyak US$ 2,2 miliar pinjaman yang diperoleh dari sebanyak 10 kreditur yang meliputi Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank CIMB Niaga, OCBC NISP, Bank DBS Indonesia, Bank BCA, Bank Danamon, Indonesia Exim Bank, dan Standard Chartered.
Sayangnya, Silmy tidak menyebutkan secara rinci kapan penandatanganan PK skema restrukturisasi akan dilakukan. “Akan segera ditandatangani,“ tutur Silmy kepada Kontan.co.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News