Reporter: Herlina KD |
Letusan Gunung Merapi telah meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi warga yang ada di sekitar lereng Merapi. Selain memporak-porandakan rumah-rumah penduduk dan menyebabkan jatuhnya korban jiwa, semburan awan panas dari perut Merapi juga meluluhlantakkan lahan pertanian.
Nyaris tak ada yang tersisa, kecuali hewan ternak yang mereka tinggalkan di rumah dan masih selamat. Hewan ternak ini menjadi satu-satunya harapan mereka untuk menyambung hidup selepas dari pengungsian.
Itu sebabnya, mereka yang masih memiliki hewan ternak di kandang tetap nekat memberi makan setiap hari meski wilayahnya masuk di zona bahaya. Beternak dan bertani memang menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar warga yang tinggal di lereng Merapi, khususnya di kawasan rawan bencana.
Masyarakat umumnya beternak sapi serta kambing. Untuk membantu meringankan kerugian warga ini, pemerintah berjanji akan membeli ternak korban Merapi. Tapi, rupanya tidak semua peternak bersedia menjual hewan ternak mereka. Untuk menyelematkan ternak-ternak tersebut, pemerintah menyediakan tempat penampungan.
Hingga Jum'at sore (12/11) sudah ada 167 titik penampungan yang tersebar di empat kabupaten yaitu Sleman, Klaten, Boyolali dan Magelang. Beradasarkan catatan dari Tim Identifikasi Penanganan Ternak Korban Merapi (Divisi Identifikasi dan Evakuasi) hingga Jum'at lalu sudah ada 6.787 ekor ternak yang berada di penampungan. Titik penampungan akan terus bertambah seiring makin banyaknya hewan ternak yang berhasil dievakuasi.
Jumlah ternak yang ditampung dalam satu penampungan berbeda-beda. Ada titik penampungan yang hanya menampung belasan ekor ternak, tapi ada juga penampungan yang berisi ratusan ekor ternak.
Kondisinya juga beragam. Ada penampungan yang memang layak untuk beternak dan dalam jangka yang lama. Namun, ada pula yang sifatnya hanya untuk keadaan darurat saja. Contohnya penampungan ternak di Lapangan Tlogoadi, Mlati, Sleman. Di lapangan seluas 400 m² tersebut ditampung puluhan ekor sapi dan kambing dengan tenda terpal plastik dengan kondisi seadanya.
Namun para pemiliknya boleh bersyukur, karena awalnya di tempat tersebut tidak tersedia air untuk minum ternak. Akhirnya, "Tim sudah membelikan pompa air untuk menyalurkan air ke lapangan dari sumur warga," ujar Ketua Tim Divisi Eksekusi dan Distribusi (Divisi II) Ali Agus.
Kondisi ternak di penampungan beragam. Beberapa sapi terlihat kurus karena pasokan pakan yang terbatas harus dibagi dengan ternak lain. Tak hanya itu, "Ternak juga banyak yang menderita stres karena perpindahan tempat, sehingga tim membutuhkan suplemen anti stres atau makanan tambahan untuk ternak yang stres," tambah Ali Agus.
Yang juga masih menjadi persoalan, belum semua ternak berhasil diungsikan. Ida Tjahajati, Ketua Tim Identifikasi Penanganan Ternak Korban Merapi, mengatakan, salah satu kendala evakuasi adalah masih banyaknya ternak yang berada di lokasi rawan bencana letusan Merapi. "Kalau naik ke atas kami harus didampingi petugas keamanan," kata Ida.
Keterbatasan tenaga lapangan dan dana juga menghambat proses evakuasi tersebut. Maka tidak aneh kalau baru 10,96% hewan ternak di wilayah rawan yang sudah berhasil dievakuasi.
Terlepas dari masalah teknis koordinasi tersebut, Menteri Pertanian Suswono berjanji, pemerintah siap membantu dana evakuasi. Besarnya Rp 600 juta. Menurut Suswono, dana tersebut bukan diambil dari anggaran pemerintah tetapi swadaya masyarakat. "Dana ini swadaya dihimpun oleh Kementerian Pertanian dari berbagai pihak, seperti asosiasi dan produsen pakan ternak," ujarnya, saat mengunjungi penampungan hewan ternak korban Merapi di Yogyakarta, Sabtu lalu.
Dari Rp 600 juta tersebut sebanyak Rp 400 juta untuk operasional. Sementara sisanya untuk biaya pakan ternak di lokasi-lokasi penampungan.
Pasokan pakan ternak memang menjadi masalah. Pasalnya, setelah diguyur abu vulkanik, peternak tidak bisa lagi menggunakan rumput untuk pakan ternaknya sehingga harus dicarikan pakan pengganti. Selain itu juga perlu biaya mengobati sapi yang kulit melepuh terkena awan panas. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News