Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pasar apartemen di Jakarta diproyeksikan dapat mencatat pertumbuhan lebih baik dengan katalis yang berasal dari perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) serta penurunan suku bunga.
Menurut Kepala Departemen Riset Colliers Indonesia Ferry Salanto, secara umum harga jual apartemen Jakarta sejak awal tahun hingga kuartal III-2025 masih stabil di kisaran Rp 36 juta per meter persegi. Namun, jika penjualan membaik seiring dorongan PPN-DTP, harga bisa saja tumbuh lebih masif.
“Kita bisa melihat dampak perpanjangan PPN-DTP pada kuartal selanjutnya atau di tahun depan,” ujar Ferry dalam Media Briefing, Rabu (1/10/2025).
Selain itu, penurunan suku bunga juga bisa menjadi angin segar, khususnya bagi end user (penghuni langsung) alias pembeli apartemen yang tujuannya untuk dihuni. Menurutnya, penurunan suku bunga bakal sangat memengaruhi keputusan membeli.
Apalagi, saat ini ada pergeseran profil pembeli yang sebelumnya didominasi investor. Per data kuartal III-2025, tercatat proporsi pembeli end user mencapai 48%, sementara investor 52%. Sebagai perbandingan, pada kuartal II-2025 proporsinya 44% end user dan 56% investor, sementara pada masa pra-pandemi proporsinya 32% end user dan 68% investor. Dengan kata lain, kini komposisinya makin berimbang.
Ditambah, saat ini tren pembelian dengan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) terpantau kian populer dibandingkan skema angsuran tunai (cash installment).
Nah, dukungan tenor pinjaman yang lebih panjang, yakni antara 5 hingga 25 tahun dapat memberi ruang bagi Gen Milenial dan Gen Z untuk membeli properti dengan DP sekitar 5%–30% dan suku bunga tetap dalam rentang 2,7% – 4,7% selama 3–5 tahun.
Di luar itu, harga jual juga bisa didorong proyek baru yang biasanya dibanderol di atas rata-rata pasar dan dapat mendorong kenaikan harga pasar meski tak signifikan. Namun, secara umum harga masih dipengaruhi oleh stabilitas penjualan.
Nah terkait itu, Ferry bilang pasok apartemen baru pada periode 2025–2027 relatif terbatas. Pada tahun penuh 2025, ia memproyeksikan ada sekitar 4.000 unit baru, sementara pada 2026 hingga 2027, berdasarkan proyek yang sudah menyatakan kesiapan launching, jumlahnya hanya seperempat dari angka tersebut.
Dalam kondisi pasok yang terbatas ini, ia bilang pasar memiliki ruang untuk menyeimbangkan supply-demand. Pasalnya, saat ini penyerapan apartemen masih cenderung lesu, sehingga developer tak ada pilihan selain menahan diri untuk meluncurkan produk baru. Ia memprediksi harga penawaran bisa naik hingga 2% per tahun.
Serviced apartment stabil
Untuk pasar serviced apartment, Ferry menyebut para pengembang masih fokus meningkatkan tingkat hunian. Oleh karena itu, harga sewa relatif stabil. Walaupun ada indikasi kenaikan, kondisi pasar belum memungkinkan untuk penyesuaian signifikan.
Per kuartal III-2025, okupansi sewa apartemen tumbuh 2% dari posisi 55,6% pada kuartal sebelumnya. Pun Ferry bilang tren sewa apartemen sejak 2023–2025 bergerak positif, khususnya di kawasan pusat bisnis. Hanya saja, persaingan semakin ketat antara apartemen non-serviced dengan serviced apartment.
Apartemen non-serviced, terutama yang berstatus strata title dan disewakan kembali oleh individu, mampu menawarkan unit dengan ukuran lebih besar serta harga sewa yang bersaing. Bahkan, beberapa pengelola memberikan opsi layanan terbatas serta peningkatan fasilitas untuk menarik penyewa.
“Persaingan ini membuat pasar lebih dinamis. Ke depan, dengan pasok yang semakin terbatas, pasar apartemen berpotensi mencatat performa yang lebih baik,” tandasnya.
Proyeksinya, okupansi serviced apartemen bisa tumbuh 1% – 2% yoy (year-on-year) pada tahun penuh 2025.
Selanjutnya: Adira Finance dan Mandala Finance Tuntaskan Merger, Migrasi Digital Ditarget 1 Tahun
Menarik Dibaca: Bukan Sombong, Ini Dia 6 Zodiak yang Suka Menyendiri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News