Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai perjanjian dagang yang diteken, maupun yang direncanakan akan diteken Indonesia dengan sejumlah negara sejak awal tahun menjadi angin segar bagi industri logistik, khususnya bagi bisnis yang melayani skala pengiriman global.
Iklim ekspor Indonesia sempat terguncang dengan adanya tarif tambahan yang ditetapkan Amerika Serikat (AS) untuk seluruh mitra dagangnya, termasuk Indonesia. Beruntung, Indonesia berhasil menekan tarif tambahan dari angka 32% menjadi 19%.
Managing Director FedEx Indonesia Garrick Thompson menyebut, capaian tersebut menjadi peluang positif bagi industri logistik skala internasional.
"Memang masih ada sedikit ketidakpastian terkait perjanjian tarif dengan AS, tapi dengan perjanjian yang ada, perusahaan sekarang bisa bergerak dan membuat keputusan bagaimana mereka akan bergerak ke depannya. Ini jelas menjadi peluang bagi perkembangan logistik," papar Garrick dalam diskusi bersama Kontan, Jumat (15/8/2025).
Baca Juga: Perjanjian Ekspor-Impor RI Beri Angin Segar Bisnis Logistik Internasional
Sebagaimana FedEx berbasis di AS, tentu iklim ekspor-impor AS dengan Indonesia menjadi kekuatan utama bisnis logistik ini. Namun begitu, Garrick bilang logistik ekspor-impor Indonesia dengan berbagai negara lainnya juga terbilang solid. Sebut saja dengan China, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura, sesama negara Asia yang menurut Garrick memiliki volume perdagangan yang masif.
Garrick menilai potensi juga datang dari berbagai kesepakatan dagang lain, salah satunya Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang telah sampai di tahap kesepakatan politis tingkat pimpinan bulan lalu.
Menurutnya, Indonesia memiliki banyak potensi ekspor-impor dengan Eropa yang masih bisa digali. Maklum, pasar ekspor Indonesia ke Eropa memang masih kecil, bahkan tak termasuk dalam 10 besar menurut data International Trade Centre. IEU-CEPA yang diharapkan berproges positif ke depannya ini membuka kesempatan bagi industri Indonesia berkembang ke pasar ekspor baru.
Secara khusus, ia menilai industri Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang baik. Dengan kondisi makroekonomi yang cenderung masih dibayangi sejumlah tantangan, menurutnya pengembangan ekspor-impor. "Dari perspektif global, barang-barang yang diimpor untuk produksi dan kemudian diekspor menjadi kesempatan untuk Indonesia untuk mendorong perkembangan bisnis dan ekonomi ke depannya," katanya.
Dari segi logistik, ia menilai tekstil dan alas kaki menjadi sejumlah sektor domestik yang menunjukkan performa positif. Namun di samping itu, ia bilang FedEx juga melihat tren yang positif pada sektor lainnya seperti tambang, otomotif, dan elektronik.
Kendati begitu, Garrick menyoroti tantangan serius pada iklim ekspor-impor Indonesia yang pada gilirannya memengaruhi industri logistik, yakni terkait pajak.
"Para pelanggan merasa tabu dan bahkan takut dengan risiko cukai untuk barang yang keluar-masuk (lintas negara). Tak heran banyak pengusaha (lokal) yang memilih fokus pada pasar domestik. Ini tak hanya terjadi di Indonesia," katanya.
Ia bilang penyedia layanan logistik internasional pada posisinya menjadi jembatan penghubung bagi bisnis lokal dan pasar internasional, tetapi regulasi tetap menjadi faktor penting yang menentukan iklim ekspor-impor secara keseluruhan.
Baca Juga: Asuransi Logistik Tetap Tumbuh Walau Pasar Tertekan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News