Reporter: Ranimay Syarah | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Enam perusahaan asing yang bergerak di bidang migas telah angkat koper dari Indonesia sejak awal 2014. Jumlah itu akan bertambah, setelah pada awal bulan April ini, Dart Energy, perusahaan migas asal Australia berencana untuk menjual sahamnya.
Dart Energy memiliki wilayah kerja di Blok Sangatta, Kalimantan Timur dan akan melepas 24% sahamnya di sana. Blok Sangatta tersebut merupakan lapangan gas metana batubara (Coal Bed Methane) yang statusnya masih dalam tahapan eksplorasi. Partisipasi sahamnya adalah Dart Energy 24%, Ephindo 24%, dan Pertamina Hulu Energi 52%.
Selain itu, Dart Energy juga akan menjual 100% sahamnya di Blok Bontang Bengalon, itu juga lapangan CBM sama seperti Blok Sangatta. Blok yang seluas 410 kilometer persegi di Kutai, Kalimantan Timur itu sudah disetujui SKK Migas pada September 2012 lalu, dan Dart Energy akan menjual semua bloknya, meskipun kontrak Dart berakhir masih lama, 5 September 2042 mendatang.
Menanggapi hal tersebut, Naryanto Wagimin, Direktur Pembinaaan Program Minyak dan Gas di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berpendapat perusahaan yang memutuskan untuk pergi itu adalah hal biasa.
Namun, semakin lama, ia bilang ini makin parah karena banyak pihak-pihak yang egois dan tidak bertanggung jawab. Sebab banyak pihak yang melanggar Instruksi Presiden No.2 tahun 2014 yakni tentang pencegahan dan pemberantasan korupsi.
"Banyak yang bertindak ego sektoral, dan mereka tidak berpikir kalau migas ini hal pokok untuk negeri ini, apalagi jika kita sampai impor BBM dan gas. Selain itu pihak yang mengurus di hulu kurang agresif, " kata Naryanto, Senin (31/3).
Naryanto menyebutkan tak hanya tahun ini, tahun lalu juga banyak blok eksplorasi yang juga dilepas. Menurutnya ada 200 blok eksplorasi migas yang kinerjanya tidak agresif dan ada 70 blok migas yang malah tidur alias tidak benar-benar melakukan aktivitas eksplorasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News