kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.174.000   10.000   0,46%
  • USD/IDR 16.725   32,00   0,19%
  • IDX 8.127   1,36   0,02%
  • KOMPAS100 1.130   -0,26   -0,02%
  • LQ45 809   -1,81   -0,22%
  • ISSI 283   0,94   0,33%
  • IDX30 425   -0,23   -0,05%
  • IDXHIDIV20 486   -3,35   -0,69%
  • IDX80 124   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 133   -0,20   -0,15%
  • IDXQ30 134   -0,98   -0,73%

Daya Saing Industri Pulp dan Kertas Tertekan Biaya Tinggi


Rabu, 24 September 2025 / 17:22 WIB
Daya Saing Industri Pulp dan Kertas Tertekan Biaya Tinggi
ILUSTRASI. Pekerja membersihkan mesin yang digunakan untuk produksi tisu basah di PT The Univenus Cikupa, Tangerang, Banten, Rabu (11/11/2020). Kementerian Perindustrian menyatakan pertumbuhan sektor industri manufaktur di kuartal III-2020 sebesar 5,25 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pulp dan kertas nasional masih menghadapi sejumlah tantangan mendasar meski memiliki basis produksi yang kuat dari hutan tanaman industri (HTI) serat pendek. 

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M Rizal Taufikurahman, menilai gap pada ketersediaan serat panjang serta ketergantungan terhadap bahan penolong impor seperti garam industri dan bahan kimia bleaching membuat struktur biaya produksi sangat rentan terhadap kurs dan fluktuasi harga global.

“Akibatnya, daya saing biaya kita inferior dibanding produsen besar seperti Brasil atau Skandinavia yang memiliki natural endowment,” jelas Rizal kepada Kontan, Rabu (24/9/2025).

Kondisi semakin berat karena harga energi, khususnya gas, berada di atas standar global, sementara subsektor pulp dan kertas tidak termasuk dalam program harga gas bumi tertentu (HGBT). 

Baca Juga: Industri Pulp dan Kertas RI Tertekan Bahan Baku Impor dan Ongkos Energi

Hal ini membuat cash cost lebih tinggi, margin tertekan, dan kemampuan bersaing dengan impor maupun ekspor melemah.

Ia menambahkan, diversifikasi bahan baku memang sudah diupayakan, baik melalui HTI, recovered paper maupun eksplorasi bahan non-kayu, namun kontribusinya masih terbatas. 

HTI serat pendek melimpah, tetapi tidak dapat menggantikan kebutuhan serat panjang. 

Upaya daur ulang kertas masih terbentur infrastruktur pengumpulan serta regulasi impor recovered paper yang belum konsisten, sementara bahan non-kayu belum bankable untuk skala industri.

“Dengan beban struktural seperti ini, industri kertas dalam negeri menghadapi paradoks: punya kapasitas besar, tetapi daya saing biaya terkikis oleh energi mahal, logistik yang kurang efisien, dan kebijakan bahan baku yang setengah hati,” ujarnya.

Baca Juga: Impor Kertas Murah Rugikan Produsen Dalam Negeri, APKI Desak Perlindungan

Karena itu, Rizal menilai dukungan kebijakan yang mendesak adalah memastikan industri tidak tersandera oleh input shock

Ia menekankan pemerintah perlu realistis dalam kebijakan garam industri agar tidak menutup impor sebelum pasokan domestik siap. 

Selain itu, gas untuk industri energi-intensif seperti pulp dan kertas harus mendapat skema alokasi khusus atau insentif efisiensi energi.

Di sisi lain, pemerintah juga perlu mendorong investasi pada serat alternatif non-kayu, mempercepat penerapan extended producer responsibility (EPR) untuk memperluas daur ulang kertas, serta menjaga konsistensi regulasi perdagangan baik bea masuk maupun SNI agar tidak menambah beban kepatuhan produsen domestik.

“Persoalan daya saing industri pulp dan kertas bukan hanya soal teknologi, tapi juga terkait penguasaan pasokan energi, bahan baku, dan akses kebijakan. Tanpa koreksi cepat di titik-titik kritis itu, industri bisa terus jadi penonton di pasar sendiri,” tegas Rizal.

Baca Juga: Ekspor Pulp dan Kertas RI Tembus 7,2 Juta Ton hingga Juli 2025

Selanjutnya: Empat Bank BUMN Naikkan Bunga Deposito Dolar AS Jadi 4% per 5 November

Menarik Dibaca: Apa itu Quiet Covering dalam Dunia Kerja? Sering Dilakukan Gen Z

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×