kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.280   0,00   0,00%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Impor Kertas Murah Rugikan Produsen Dalam Negeri, APKI Desak Perlindungan


Senin, 09 Juni 2025 / 18:19 WIB
Impor Kertas Murah Rugikan Produsen Dalam Negeri, APKI Desak Perlindungan
ILUSTRASI. Industri kertas nasional tengah menghadapi tekanan berat akibat membanjirnya produk impor dari China, Korea Selatan, dan Jepang. KONTAN/Baihaki/10/8/2023


Reporter: Leni Wandira | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kertas nasional tengah menghadapi tekanan berat akibat membanjirnya produk impor dari China, Korea Selatan, dan Jepang. 

Produk-produk kertas dengan harga jauh lebih murah tersebut mulai menggerus pasar dalam negeri, terutama menyasar produsen skala kecil hingga menengah yang memiliki daya saing lebih terbatas.

Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), Liana Bratasida, menyatakan bahwa fenomena ini telah menyebabkan penurunan profitabilitas bagi pelaku industri lokal. 

"Produsen kecil dan menengah kesulitan bersaing dalam hal harga. Jika dibiarkan, ini bisa berujung pada pengurangan produksi bahkan penghentian operasional," ujarnya kepada KONTAN, Senin (9/6).

Baca Juga: Industri Pulp dan Kertas Desak Pemerintah Tinjau Ulang Revisi PP No. 36 tentang DHE

Liana menegaskan, dalam jangka panjang, situasi ini bisa menurunkan minat investasi baru, memperlambat inovasi, dan meningkatkan risiko kehilangan lapangan kerja. 

"Daya saing industri secara keseluruhan terancam. Ketergantungan pada produk asing pun berpotensi meningkat," katanya.

Sebagai langkah responsif, APKI secara aktif mendorong pemerintah untuk memberi perlindungan yang seimbang bagi industri kertas nasional. 

Salah satu upaya yang tengah digalakkan adalah mendorong pengaturan pembatasan impor (lartas) jika terbukti terdapat praktik dumping atau harga jual yang terlalu rendah.

"Kami juga mengusulkan pengaturan impor bahan baku secara selektif agar tidak mengganggu kapasitas produksi dalam negeri. Selain itu, safeguard sementara perlu dipertimbangkan jika terjadi lonjakan impor atau penurunan harga yang ekstrem," ungkap Liana.

Tak hanya mengandalkan perlindungan eksternal, APKI juga mendorong pelaku industri untuk melakukan transformasi dari dalam. 

Baca Juga: Punya Potensi Besar, Indonesia Disebut Bisa Menjadi Raja Industri Pulp dan Kertas

Peningkatan efisiensi operasional, penggunaan teknologi modern, serta pengurangan biaya produksi dinilai sebagai langkah strategis untuk memperkuat daya saing.

"Inovasi dan riset harus diperkuat agar kita bisa menghasilkan produk yang bernilai tambah lebih tinggi dan sesuai dengan tren global," ujarnya. 

Salah satu potensi yang tengah berkembang adalah produk kemasan ramah lingkungan, seiring meningkatnya kesadaran terhadap isu keberlanjutan.

Selain itu, penguatan rantai pasok dan kemitraan strategis juga menjadi fokus APKI. 

"Biaya logistik perlu ditekan dan tenaga kerja harus dipersiapkan agar mampu beradaptasi dengan teknologi dan kebutuhan pasar yang terus berubah," tutup Liana.

Selanjutnya: Simak Proyeksi IHSG Selasa (10/6) Pasca Libur Panjang Idul Adha

Menarik Dibaca: 4 Rekomendasi Bra untuk Payudara Besar, Nyaman dan Anti Kendur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×