Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis perusahaan jasa pertambangan batubara PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) cukup menantang sepanjang tahun ini. Terlebih lagi, kontrak jasa tambang DOID dengan sejumlah pelanggan sudah memasuki masa akhir.
Sekadar catatan, DOID melalui anak usahanya PT Bukit Dunia Makmur Mandiri Utama (BUMA) menjalin kontrak jasa pertambangan dengan Kideco Jaya Agung.
Baca Juga: Bisnis Unilever Indonesia (UNVR) tak kena dampak Covid-19
Head of Investor Relations Delta Dunia Makmur Regina Korompis menyampaikan, kontrak DOID dengan Kideco akan berakhir di pengujung tahun ini. Ia pun memastikan kontrak tersebut tidak akan diperpanjang.
Sayangnya, ia belum bisa menjelaskan alasan tidak diperpanjangnya kontrak antara DOID dan Kideco, termasuk dampak dari kejadian tersebut terhadap kinerja perusahaan di kemudian hari.
Bila dilihat dari laporan keuangan kuartal I-2020, Kideco menyumbang pendapatan sebanyak US$ 14,33 juta atau setara 7% dari total pendapatan neto DOID di segmen jasa penambangan, penyewaan alat berat, dan jasa lainnya sebesar US$ 148,01 juta. Adapun pendapatan neto DOID di kuartal I-2020 secara keseluruhan mencapai US$ 193,82 juta.
Baca Juga: Astra Agro Lestari (AALI) menebar dividen Rp 49 per saham, catat jadwalnya
Di samping itu, manajemen DOID juga masih mengurus perpanjangan kontrak dengan PT Berau Coal yang juga akan selesai di akhir Desember tahun ini. “Proses negosiasi masih berlangsung dan kami yakin bisa memperoleh perpanjangan kontrak,” kata Regina, Jumat (12/6).
Upaya negosiasi tersebut wajar dilakukan. Pasalnya, di kuartal I-2020 Berau Coal mampu berkontribusi sebesar US$ 92,89 juta atau 48% dari total pendapatan neto DOID di segmen jasa penambangan, penyewaan alat berat, dan jasa lainnya.
Regina pun memastikan, seiring akan berakhirnya kontrak dengan sejumlah pelanggan besar, pihak DOID kini gencar mengincar kontrak-kontrak jasa pertambangan baru berdasarkan pipeline yang tersedia secara selektif.
Baca Juga: Laba Intiland Development (DILD) melompat 74,47% di kuartal I-2020
Lantas, pandemi corona yang melanda Indonesia tidak menjadi penghalang bagi perusahaan tersebut dalam mendapatkan kontrak dengan pelanggan baru. “Kami akan mengincar kontrak dengan pilihan yang bijaksana,” ujar dia.
Sekadar tambahan, meski meraup pendapatan neto sebesar US$ 193,82 juta di kuartal I-2020, angka tersebut sebenarnya turun 9,39% (yoy) secara tahunan. DOID juga menderita kerugian bersih sebanyak US$ 22,81 juta di kuartal pertama silam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News