kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Derita rugi 2018, Solusi Tunas (SUPR) tidak bagikan dividen


Rabu, 15 Mei 2019 / 17:40 WIB
Derita rugi 2018, Solusi Tunas (SUPR) tidak bagikan dividen


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) memutuskan tidak menebar dividen dari laba pembukuan 2018, berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Rabu (15/5).

Hal tersebut dilakukan karena perseroan masih menelan kerugian Rp 1,2 triliun di tahun 2018. Padahal di tahun 2017 perusahaan berhasil mencetak keuntungan sebesar Rp 331,0 miliar. 

Menilik laporan keuangan tahunan perseroan 2018, pendapatan SUPR menurun sebesar 0,52% menjadi Rp 1,89 triliun.Padahal di tahun sebelumnya, SUPR mengantongi pendapatan sebesar Rp 1,90 triliun.

"Namun, jika pendapatan dari Internux atau First Media tidak dimasukan, maka pendapatan kami pada 2018 adalah sebesar Rp 1,80 triliun atau menurun sebesar 1,0% dari periode yang sama tahun lalu," tambah Nobel Tanihaha Presiden Direktur PT Solusi Tunas Pratama (STP), Rabu (15/5).

Pelanggan utama SUPR terdiri dari empat operator telekomunikasi yang berkontribusi 92% terhadap keseluruhan pemasukan perseroan di tahun 2018. Operator tersebut adalah, PT XL Axiata Tbk yang menyumbang pendapatan sebesar 41,5%, PT Indosat Tbk sebesar 7,3%, lalu PT Hutchison 3 sebesar 22,1% dan Telkom Group sebesar 20,7%.

Sisanya sebesar 8% pendapatan perseroan dihasilkan dari penyewaan menara. Menilik laporan publik ekspos SUPR yang diakses pada Rabu (15/3), perusahaan yang berdiri pada 2006 ini, memiliki 5.979 menara makro, 433 microcell poles, 37 lokasi indoor DAS, dan jaringan optik sepanjang 10.492 km.

Selain itu, perseroan juga menggunakan pendapatan untuk membayar utang. Hal ini dilihat dari rasio net debt atau LQA EBITDA perseroan yang menurun menjadi  4,6x dari rasio tahun lalu sebesar 4,4x.

"Walau lebih lambat dari apa yang kami harapkan dan pertumbuhan negatif tahun 2018, kami percaya masih ada ruang untuk terus tumbuh karena pengadopsian jaringan 4G LTE masih dalam tahap awal. Kami ingin memanfaatkan area perkotaan untuk menyediakan cakupan jaringan berkecepatan tinggi," pungkas Nobel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×