Reporter: Aulia Fitri Herdiana , Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemanfaatkan teknologi informasi di Indonesia berkembang cepat dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini berdampak positif terhadap bisnis menara telekomunikasi sebagai penopang utama jaringan telekomunikasi dan internet.
Di bisnis tower, pemain utamanya adalah Sarana Menara Nusantara, Tower Bersama Infrastructure, Solusi Tunas Pratama. Pemain lain, Bali Towerindo Sentra, dan Centratama Telekomunikasi Indonesia. Lalu, LCK Global Kedaton, dan Gihon Telekomunikasi Indonesia, yang belum lama masuk bursa efek.
Mereka tercatat mengalokasikan belanja modal lumayan besar untuk memuluskan ekspansi bisnis, terutama membangun base transceiver station (BTS). Misalnya PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) yang menyiapkan belanja modal Rp 600 miliar tahun ini. Nobel Tanihaha, Direktur Utama SUPR mengatakan, pihaknya akan fokus melakukan ekspansi organik di bisnis menara.
Saat ini susah melakukan ekspansi anorganik, karena perusahaan menara tidak ada lagi yang berencana menjual tower telekomunikasi. "Sudah sulit masuk lewat anorganik karena barangnya sudah sedikit." katanya, Rabu (22/5).
Meski demikian, SUPR akan lebih selektif dalam membangun menara baru sesuai dengan pesanan dari operator. Begitu juga di serat optik, Nobel bilang, akan menambah sambungan jaringan jika ada permintaan dari klien.
Saat ini, perusahaan ini baru menyambungkan 6.000 homepass. Tahun ini, SUPR menargetkan pendapatan tumbuh sekitar 7%-8%. Hingga kuartal I 2018, perusahaan mencatatkan pertumbuhan pendapatan 2,4% menjadi Rp 490 miliar.
PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) juga tak kalah ekspansif. Tahun 2018, perseroan ini mengalokasikan belanja modal Rp 2,1 triliun. Hingga kuartal I-2018, IBST telah menyerap belanja modal sebesar Rp 520 miliar.
IBST berencana menambah sejumlah menara dan diversifikasi produk lainnya sepanjang tahun 2018. "Tahun ini kami juga akan menggarap serat proyek optik, internet dan TV berbayar dan wifi," ungkap Leonardus Salim, Chief Finance Officer IBTS, Rabu (23/5).
IBST mengincar pertumbuhan pendapatan tahun ini Rp 1,1 triliun. Tahun 2017, pendapatan usaha IBST tumbuh 8% dibanding pencapaian tahun 2016 menjadi Rp 761,76 miliar, dari sebelumnya, Rp 703,13 miliar.
Setali tiga uang dengan PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) yang fokus fokus mengembangkan bisnis tower dan broadband fiber optic. BALI mengucurkan belanja modal Rp 860 miliar untuk menunjang ekspansi tersebut. Bali memproyeksikan bisa menambah 800-1.000 tower di tahun ini.
Robby Hermanto, Direktur BALI menyebutkan, pihaknya lebih banyak mengembangkan jenis menara microcell pole sebagai strategi untuk mengakomodasi perubahan teknologi yang membutuhkan sinyal lebih cepat. "Permintaan operator untuk menara jenis ini meningkat," ujarnya
Adapun PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) lewat anak usahanya Protelindo t mengakuisisi bisnis menara milik PT Nusantara Infrastructure Tbk (META). Protelindo mengakuisisi 1.400 menara dengan 2.000 tenant milik Komet. Alhasil jumlah tower milik TOWR bertambah 9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News