kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dewan Teh Indonesia angkat bicara soal pailitnya perusahaan teh Sariwangi


Kamis, 18 Oktober 2018 / 20:21 WIB
Dewan Teh Indonesia angkat bicara soal pailitnya perusahaan teh Sariwangi
ILUSTRASI. Teh Sariwangi


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Teh Indonesia (DTI) turut angkat bicara menyusul pailitnya perusahaan teh PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) dan PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung.

Kasus kepailitan ini bersumber pada gagalnya investasi sektor hulu. Terkait pinjaman dana yang dilakukan Sariwangi kepada Bank ICBC Indonesia digunakan untuk investasi irigasi.

“Yang saya pahami itu mereka itu gagal dalam investasi di hulu di kebun,” kata Ketua Dewan Teh Indonesia Bambang Murtioso kepada Kontan.co.id, Kamis (18/10).

Lebih lanjut, Ia menjelaskan keinginan Sariwangi untuk menghindari musim kemarau dengan membuat pengairan di kebun teh nyatanya tidak memberi hasil apa pun.

“Mereka itu kan mau menghindari musim kemarau dengan investasi di sumber air di kebun, sehingga kebun itu bisa di siram. Tapi mungkin dalam hitungan mereka itu ekonomis, maka dilakukan investasi. Karena baru itu investasi the di irigasi. Kegagalannya di situ,” tegasnya.

Bambang menyebut sejauh ini industri teh milik Sariwangi tidak memiliki masalah. Hanya saja target yang harus dilunasi karena pinjaman modal investasi tidak mampu dilunasi.

“Industri teh-nya sih enggak masalah, itu karena gagal investasi sehingga kewajiban yang sudah ditentukan tidak tercapai. Kan kalau perusahaan yang investasi-nya berhasil tidak menjadi masalah,” tegasnya.

Ia menegaskan, kesulitan itu utamanya di sektor produsen teh, hal ini berdampak pada tingkat produktivitas yang rendah di hulu. Namun berbeda ketika produk sudah berbentuk kemasan, yang sejauh ini tidak bermasalah.

“Secara global kesulitan itu bagi produsen-produsen yang tingkat produktivitasnya rendah sehingga di hulu itu tidak bisa menikmati perkembangan industri teh. Kalau di hilir atau retail itu kan baik-baik saja. Ada perusahaan yang berkembang,” tegasnya.

Menurut Nugroho B. Koesnohadi selaku Ketua Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo), sejauh ini masih ada perkebunan teh yang menguntungkan. Yang ia tahu ada dua perkebunan teh yakni perkebunan teh hijau dan perkebunan teh hitam.

“Hanya satu hingga dua yang bisa melewati kesulitan itu. Yang saya tahu, di Indonesia itu contohnya kalau untuk perkebunan the yang masih untung ada dua yakni untuk teh hitam itu PT Total Tiga dan kalau yang teh hijau ada PT PT Kabepe Chakra di Jawa Barat,” tegasya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×