kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.929   1,00   0,01%
  • IDX 7.180   38,89   0,54%
  • KOMPAS100 1.103   7,53   0,69%
  • LQ45 872   6,12   0,71%
  • ISSI 221   1,16   0,53%
  • IDX30 445   2,31   0,52%
  • IDXHIDIV20 536   1,54   0,29%
  • IDX80 127   0,74   0,59%
  • IDXV30 134   0,46   0,35%
  • IDXQ30 148   0,48   0,33%

Dharma Satya Nusantara (DSNG) genjot bisnis CPO dan kayu


Sabtu, 30 Maret 2019 / 18:30 WIB
Dharma Satya Nusantara (DSNG) genjot bisnis CPO dan kayu


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Meski kinerja belum positif di 2018, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) mempertimbangkan untuk meningkatkan volume penjualannya di 2019. Tak hanya dari bisnis kelapa sawit melainkan juga bisnis panel kayunya.

Supriyadi Jamhir, Corporate Communications Department Head PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) menjelaskan prospek industri CPO diperkirakan membaik dengan kebijakan mandatory biodiesel B20 september tahun lalu dan juga rencana penerapan B30 tahun ini. "Pada tahun 2019 memang ada masalah dengan kampanye negatif produk sawit dari negara- negara Uni eropa, tetapi diharapkan tidak akan mempengaruhi permintaan sawit," kata Supriyadi kepada Kontan.co.id Sabtu (30/3).

Saat ini perusahaan belum berencana menyasar pasar ekspor, karena selama ini masih dijual di pasar dalam negeri. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) membukukan penjualan tahun 2018 sebesar Rp 4,8 triliun, turun 8% dibandingkan tahun 2017. 

Dalam keterangan resminya, penurunan itu terutama disebabkan oleh turunnya harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO) Perseroan dari Rp 8,1 juta per ton pada tahun 2017 menjadi sekitar Rp 7,2 juta per ton pada tahun 2018.

Dengan penurunan penjualan perolehan laba DSNG pada tahun 2018 tercatat sebesar Rp 427,2 miliar. Atau turun sekitar 26% dibandingkan tahun 2017, dengan margin laba sebesar 9%. Karena harga komoditas CPO yang masih fluktuatif, manajemen DSNG enggan membeberkan informasi target pendapatan dan target laba di 2019.

Meski kinerja laporan keuangan menurun, dari data internal perusahaan, volume penjualan CPO DSNG tahun 2018 bertahan pada level 455 ribu ton. Disebabkan oleh adanya kongesti pada kapal pengangkut CPO sejak pertengahan tahun 2018 sehingga menyebabkan terjadinya keterlambatan kapal yang akhirnya menghambat penjualan.

"Volume penjualan diharapkan meningkat di atas 20%, karena adanya penambahan produksi dari PT Bima Palma Nugraha (BPN) dan Bima Agri Sawit (BAS) yang diakuisisi Desember 2018 lalu," kata Supriyadi.

Sekadar informasi, sampai akhir Desember 2018, jumlah lahan tertanam DSNG mencapai 108,411 hektare, dengan lahan tertanam kebun inti mencapai 84.393 ha.Kenaikan jumlah lahan tertanam tersebut disebabkan oleh bertambahnya areal kebun setelah DSNG melakukan pengambilalihan perusahaan perkebunan Bima Palma Group di Kalimantan Timur pada tanggal 12 Desember 2018 lalu. Dari jumlah tersebut, total kebun yang sudah menghasilkan sekitar 96.118 hektare, dengan usia rata-rata 9,3 tahun.

Supriyadi menjelaskan tahun ini perusahaan mempertimbangkan ekspansi secara organik maupun anorganik. "Tentu dengan mempertimbangkan aspek-aspek sustainability," katanya.

DSNG juga berencana menganggarkan alokasi belanja modal yang relatif sama dengan tahun sebelumnya yakni sekitar Rp 700 miliar. Rencananya dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan bio-CNG, perluasan kapasitas pabrik kelapa sawit, dan rencana penanaman baru.

Pada 2018 segmen kelapa sawit memberikan kontribusi penjualan sekitar 79%, sedangkan sisanya dari segmen usaha produk kayu. Penjualan segmen kelapa sawit
tahun 2018 turun 12% menjadi Rp 3,8 triliun. Yang menarik disaat harga kinerja dari divisi sawit turun penjualan produk kayu naik 14% menjadi Rp 989,6 miliar.

Khusus kinerja operasional segmen usaha produk kayu pada 2018, penjualan panel sebesar 84.000 m³, naik sekitar 19% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini terbantu dengan harga penjualan rata-rata panel juga naik sekitar 15% menjadi Rp 6,1 juta per m³. Sedangkan produksi engineered flooring turun sekitar 13% menjadi 1,1 juta m². Meskipun demikian, harga rata-rata engineered flooring naik sekitar 7% menjadi Rp 418.000 per m².

"Tahun 2019 diperkirakan akan tumbuh penjualannya untuk panel maupun engineered flooring masing-masing 20%," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×