Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. DigiCert, penyedia TLS/SSL, Public Key Infrastructure serta solusi IoT menyerukan, agar perusahaan-perusahaan dan individu mengurangi kerentanan terhadap ancaman keamanan digital.
Caranya dengan mengadopsi layanan keamanan digital yang dikelola lebih baik serta memperkokoh praktik-praktik keamanan digital terbaik. Langkah ini dilakukan dalam menghadapi transformasi digital yang sedang terjadi di Indonesia dengan cepat.
“Dengan meningkatnya jumlah pengguna internet serta semakin banyaknya perusahaan di Indonesia yang mengalami digitalisasi dan memasuki era e-commerce, maka semakin banyak pula tantangan dalam keamanan digital. Laporan penelitian Symantec baru-baru ini, 58% koneksi atau lalu lintas web di Indonesia tidak terenkripsi dan hal ini menimbulkan bahaya yang sangat nyata bagi dunia usaha maupun individu,” kata Ray Garnie, Senior Vice President DigiCert Asia Pasifik dalam keterangannya, Jumat (30/8).
Baca Juga: Waspada, Korut curi dana dari bank dan bursa kripto Rp 28 triliun
Menurut Digital 2019 Research, pengguna internet Indonesia kini mencapai 150 juta pengguna atau lebih dari setengah dari total populasi Indonesia. Hampir 80% dari pengguna internet ini menjelajahi internet setiap hari dari ponsel dan laptop, juga dari perangkat lain yang terhubung ke internet, seperti perangkat pintar.
Badan Siber dan Sandi Negara melaporkan bahwa pada tahun 2018, Indonesia mengidentifikasi lebih dari 230 juta upaya serangan dunia maya yang menargetkan Indonesia.
Masalah keamanan juga semakin meningkat di era di mana perangkat kini saling terkoneksi yang dihubungkan oleh Internet of Things (IoT). Menurut Symantec Internet Security Threat Report 2019, router dan kamera yang terhubung adalah sumber utama serangan IoT selama 2018.
Pada saat bersamaan, sebuah studi baru menunjukkan bahwa teknologi kuantum dapat memecahkan enkripsi standar lebih cepat dari yang diperkirakan, dan hal ini menjadikan kebutuhan akan keamanan digital bahkan lebih mendesak.
Garnie melanjutkan, "Semua ini menunjuk pada kebutuhan mendesak bagi Indonesia untuk melangkah ke pendekatan yang lebih luas tentang bagaimana mengatasi keamanan digital."
Baca Juga: Penelitian Fortinet: Serangan siber banyak menyasar perangkat tua
DigiCert yakin terdapat kebutuhan untuk mempersiapkan para pelanggannya serta masyarakat untuk siap menghadapi ancaman keamanan digital yang kian meningkat, terutama dengan memastikan bahwa masyarakat menyadari dan memahami hal ini serta menerapkan praktik-praktik Internet yang aman seperti memahami berbagai jenis sertifikat dan otentikasi.
Selain meningkatkan pemahaman dan adopsi keamanan digital yang lebih luas, DigiCert juga membantu perusahaan dalam penerapan IoT yang future-proof (menjamin keselarasan dengan teknologi masa depan) melalui kerja sama dengan Microsoft Research dan perusahaan-perusahaan lainnya, peneliti akademis dan industri untuk meningkatkan pemahaman tentang algoritme enkripsi yang tahan terhadap serangan komputer kuantum (dikenal sebagai PQC/post cryptography quantum), yang dapat mengamankan komunikasi terenkripsi terhadap ancaman komputasi kuantum.
Baca Juga: Waspadai lima kejahatan siber ini!
DigiCert memimpin upaya ini dengan menyediakan bahan dan alat uji yang memungkinkan perusahaan-perusahaan menguji PQC dalam sistem mereka dan sedang mempersiapkan untuk menggunakan teknologi ini sebelum komputer kuantum memecahkan algoritme enkripsi saat ini (yang diprediksi oleh beberapa orang bahwa hal ini mungkin akan terjadi dalam jangka waktu kurang lebih 10 tahun mendatang).
“Untuk melayani basis pelanggan yang lebih luas di Indonesia dan untuk menyediakan keamanan digital yang lebih meningkat bagi mereka, kami memiliki kemitraan strategis dengan PT Anugrah Damai Pratama Solusi. Mitra kami berperan penting dalam mendukung kami melindungi keamanan digital Indonesia melalui kehadiran dan pendekatan lokal, yang sangat penting bagi transformasi digital yang sedang berlangsung di Indonesia,” kata Garnie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News