Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) dikabarkan tengah mengajukan pinjaman senilai US$ 3 miliar untuk mendukung rencana akuisisi sejumlah aset di bidang energi.
Berdasarkan pemberitaan Global Capital, Pertamina sedang mencari pinjaman tersebut dari enam bank internasional. Di antaranya BNP Paribas, Sumitomo Mitsui Banking Group, MUFG Bank, CITI, Credit Agricole, dan Societe Generale.
Sayangnya, ketika dikonfirmasi, Vice President Corporate Communication Fajriyah Usman enggan menjelaskan perihal rencana pinjaman dana tersebut secara lebih rinci.
Ia hanya menyebut bahwa pada dasarnya Pertamina akan selalu berusaha untuk tumbuh sebagai perusahaan migas yang mengelola bisnis tersebut dari sektor hulu hingga hilir.
Baca Juga: Pertamina bidik nilai transaksi Rp 7,5 miliar dari ajang Pertamina SMEXPO 2020
“Pertamina tetap berupaya untuk tumbuh sekaligus memastikan ketahanan energi nasional,” katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (8/9).
Pertamina memang tampak terus ekspansif kendati kondisi perekonomian global diliputi ketidakpastian.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Pertamina dikabarkan tengah melakukan diskusi dengan Occidental Petroleum Corp guna mengakuisisi sejumlah aset minyak dan gas bumi di Afrika dan Timur Tengah.
Mengutip Bloomberg, pembicaraan antara kedua belah pihak ini masih berlangsung untuk aset migas Occidental di Ghana dan Uni Emirat Arab dengan nilai sekitar US$ 4,5 miliar.
“Untuk Occidental, kesepakatan akan membantu mengurangi tumpukan utang dari pembelian Anadarko Petroleum Corp senilai US$ 37 miliar tahun lalu,” dikutip dari Bloomberg, Minggu (2/8).
Selain aset di dua wilayah tersebut, Pertamina juga disebut tengah menjajaki peluang akuisisi beberapa asset dari Occidental di Aljazair dan Oman. Kendati begitu, rencana akuisisi tersebut bakal dilakukan terpisah dengan diskusi akuisisi aset di Ghana dan Uni Emirat Arab.
Sedangkan di dalam negeri, Pertamina masih disibukkan dengan empat proyek pengembangan kilang atau RDMP Balikpapan, Cilacap, Balongan, dan Dumai serta satu proyek kilang baru yang berada di Tuban. Perusahaan ini juga baru saja membatalkan pembangunan satu proyek kilang baru atau GRR yakni kilang Bontang akibat perubahan permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Baca Juga: Pertamina RU V Balikpapan ekspor perdana produk HSD senilai US$ 9,5 juta
Sebagai informasi, kinerja Pertamina kurang menggembirakan sejauh 2020 berjalan. Di semester I-2020, perusahaan pelat merah ini mencatat rugi bersih US$ 767,91 juta atau setara Rp 11 triliun.
Total penjualan dan pendapatan usaha lainnya Pertamina juga turun 19,81% (yoy) menjadi US$ 20,48 miliar di semester I-2020.
Selanjutnya: Dulu gaji staf ahli direktur BUMN bisa tembus Rp 100 juta, kini dibatasi jadi segini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News