Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), perusahaan telekomunikasi berbasis satelit berkomitmen melanjutkan proyek Satelit Multifungsi (SMF) yang disebut Satelit Republik Indonesia (SATRIA).
Melalui anak usahanya, PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) bersama dengan Konsorsium PSN yang merupakan konsorsium lokal bekerja sama dengan aerospace manufacturer asal Perancis, Thales Alenia Space (TAS), untuk segera memulai konstruksi pada September 2020.
Konstruksi SATRIA akan segera dibangun ditandai dengan penandatanganan Preparatory Work Agreement (PWA) proyek SATRIA yang dilakukan oleh Direktur Utama PSN dan Direktur Utama SNT, Adi Rahman Adiwoso, di Jakarta bersama dengan VP Telecom Business Unit TAS, Pascal Homsy, di Perancis secara virtual pada Kamis (3/9).
Penandatanganan virtual disaksikan langsung oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny Gerard Plate, Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Anang Achmad Latif, Sales Director South East Asia TAS Olivier Guilbert, dan CEO Thales Indonesia Eric Jan.
Sedangkan penandatanganan secara virtual juga disaksikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Duta Besar Perancis untuk Indonesia Olivier Chambard.
Menkominfo Johnny G. Plate menyambut positif atas tercapainya tahapan PWA proyek SATRIA antara SNT sebagai bagian dari Konsorsium PSN dengan Thales Alenia Space. Menurut Johnny, pandemi virus korona memberikan pengaruh sangat signifikan terhadap industri dirgantara, termasuk satelit, seperti efek negatif pada penyelesaian proyek.
Selain itu, terganggunya supply chain dan perlambatan pengoperasian fasilitas untuk pabrikasi. "Namun bagi Indonesia dan mitra-mitra kerja satelitnya justru sebaliknya terjadi. PWA Konsorsium PSN dan TAS menunjukkan bahwa iklim investasi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Tanah Air tidak sedang melambat, namun justru semakin melesat,” kata Johnny, dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Selasa (8/9).
Adi Rahman Adiwoso , Direktur Utama PSN sekaligus Direktur Utama SNT menjelaskan, konstruksi akan segera dilakukan TAS setelah PWA dilakukan. Sesuai rencana, konstruksi mulai dilakukan pada bulan ini.
“Indonesia bisa secepatnya menjadi digital society dengan mempermudah pendidikan, pemerintahan, kesehatan, perekonomian, dan sebagainya dengan akses internet. Kesetaraan digital ini menyiapkan seluruh bangsa menghadapi masa depan yang sebagian besar berdasarkan digital world,” jelas Adi Rahman.
Menurut Adi, proyek SATRIA bagi kelompok usaha PSN merupakan bagian dari rangkaian Satelit Nusantara yang dimulai sejak 2019. Satelit multifungsi ini memiliki kapasitas 150 gigabyte per second (Gbps) dengan menggunakan teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) dan memakai frekuensi Ka-Band.
Pembiayaan proyek
Proyek SATRIA, kata dia, merupakan suatu keputusan strategis pemerintah yang tidak kalah penting dengan keputusan pemerintah menggunakan Satelit Palapa A pada 1970 bagi sistem komunikasi satelit domestik. Keputusan itu membuat seluruh masyarakat Indonesia akhirnya dapat berkomunikasi dan menikmati saluran televisi nasional, TVRI.
“Dengan kapasitas sebesar 150 Gbps berarti lebih besar tiga kali lipat dari semua kapasitas satelit nasional yang saat ini masih digunakan. Kami yakin SATRIA dapat menjadi jawaban dari digital gap yang masih terjadi di Indonesia,” jelas Adi.
Adi menambahkan, total investasi SATRIA yang mencapai US$ 550 juta atau setara Rp 8 triliun akan dibiayai oleh sindikasi perbankan bank-bank internasional. Di antaranya, The Hongkong and Shanghai bank Corporation Limited (HSBC), Banco Santander, S.A (Santander) dan The Korean Development Bank (KDB).
Sindikasi perbankan itu didukung oleh bank penjamin, yaitu Bpi France Assurance Export (Bpi)-Export Credit Agency dari Perancis-dan lembaga keuangan multilateral, Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB), yang berbasis di Beijing, Tiongkok, dengan persentase fasilitas pinjaman sekitar US$ 425 juta (sekitar Rp 6,3 triliun).
Fasilitas pinjaman itu setara dengan persentase 77,27% dari seluruh total investasi. Sedangkan sisanya sebanyak US$ 125 juta atau setara 22,73% dari total investasi SATRIA akan menggunakan modal Konsorsium PSN.
Dengan menerapkan teknologi VHTS, lanjut Adi, pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) dapat melakukan efisiensi biaya sewa SATRIA yaitu hanya akan berkisar 12-20% dari biaya sewa pemerintah saat ini.
Konsultan satelit terkemuka di dunia asal Amerika Serikat, Northern Sky Research, memprediksi harga 1 megabyte per second (Mbps) pada 2024 mendatang di pasar masih akan dua kali lebih mahal dari yang dibayarkan BAKTI untuk proyek SATRIA ini.
Untuk itu, kata Adi, pemerintah sudah tepat menerapkan program ini karena memiliki biaya sewa kapasitas yang murah dan terjangkau yang membuat pemerintah dapat menghemat anggaran.
Selanjutnya: Mulai konstruksi, satelit Satria ditargetkan mengorbit pada 2023 Mulai konstruksi, satelit Satria ditargetkan mengorbit pada 2023
"Kami perlu menekankan bahwa ini proyek SATRIA bukan proyek yang sangat menguntungkan secara komersial bagi perusahaan. Namun, kami merasa terhormat dapat mengemban tanggung jawab dan dapat diikutsertakan dalam membangun Indonesia," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News