Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Indonesia dikenal sebagai negara penghasil rempah-rempah, salah satunya cengkeh. Dulunya, cengkeh Indonesia sangat diminati pasar mancanegara seperti Timur Tengah, Eropa, Jepang, dan China. Maklum saja, kualitas cengkeh Indonesia masuk jajaran cengkeh terbaik dunia.
Namun, sejak industri rokok kretek masuk ke Indonesia, produksi cengkeh dalam negeri sebagian besar terserap sebagai bahan baku rokok kretek.
Hal inilah yang membuat sebagian besar petani cengkeh menggantungkan nasibnya pada industri rokok. "Kalau industri rokok ada masalah, pasti berpengaruh langsung pada harga cengkeh di petani," ujar I Ketut Budiman, Sekjen Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI), Kamis (16/2).
Ketut mengatakan, jumlah produksi cengkeh tiap tahun cenderung stabil. Dampak cuaca ekstrimĀ tak berpengaruh signifikan bagi komoditas ini. Produksi cengkeh tanah air tahun 2016 berkisar 100.000-110.000 ton.
Tahun ini, produksi cengkeh diperkirakan sekitar 110.000 ton. Dari jumlah produksi tersebut, sekitar 75% diserap oleh industri rokok. Sedangkan 25% diserap oleh industri makanan, kecantikan, dan farmasi. Tingginya ketergantungan kepada industri rokok membuat harga cengkeh di tingkat petani juga tergantung pada industri tersebut.
Pada September 2016, harga cengkeh di tingkat petani sempat anjlok hingga Rp 75.000 per kilogram (kg). Sementara, saat ini, harga cengkeh mulai membaik, meskipun belum seperti yang diharapkan. "Harganya sekarang sekitar Rp 90.000 per kg. Tapi, harga idealnya minimal Rp 120.000 per kg. Karena untuk biaya operasional bisa sampai Rp 100.000 per kg," ungkap Ketut.
Itu sebabnya, APCI terus mendorong pemerintah agar mengeluarkan kebijakan, terutama soal harga minimum cengkeh. Selama ini belum ada kebijakan soal standar harga cengkeh di tingkat petani.
Menanggapi persoalan harga cengkeh, Dewan Rempah Kementerian Pertanian (Kemtan) Gamal Nasir mengklaim, saat ini, harga cengkeh sudah lebih baik dibanding akhir tahun lalu. "Sekarang harganya sudah di kisaran Rp 100.000 per kg. Sudah cukup baik itu untuk tingkat petani," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News