Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Setelah obral insentif ke produsen mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGG), pemerintah kembali akan menebar insentif bagi industri otomotif.
Produsen mobil yang mampu memproduksi mobil rendah emisi karbon atau low carbon emission (LEC) akan mendapat diskon Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atau PPnBM. Menggunakan acuan konsumsi bahan bakar, "Semakin irit penggunaan BBM, semakin besar diskon PPnBM-nya," ujar Yan Sibarang Tandiele, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan, Kementerian Perindustrian kepada KONTAN, Kamis (1/9).
Mobil dengan pemakaian bahan bakar satu liter untuk 18 kilometer (km) sampai 20 km semisal, akan mendapatkan potongan PPnBM sebesar 25% dari tarif yang berlaku.
Jika penggunaan bahan bakar per liter bisa melaju hingga jarak di atas 28 km, potongan PPnBM-nya bisa sampai 50%. Syaratnya: "Mobil harus diproduksi di Indonesia," ujar Yan. Syarat lain: insentif ini berlaku jika produsen mobil menggunakan komponen lokal. Tak menyebut batas penggunaan produk dalam negeri atawa TKDN, Yan hanya menyebut semakin besar komponen lokalnya, kian gede diskon PPnBM-nya.
Targetnya, rancangan beleid LCE ini akan rampung tahun ini. Dengan begitu aturan ini bisa diundangkan dan berlaku tahun depan. "Harapan kami, Ini bisa mengundang produsen mobil hibrida atau mobil ramah lingkungan memproduksi mobilnya di Indonesia," ujarnya. Jika beleid ini sukses membetot investor, harga mobil hibrida kelak terjangkau bagi konsumen.
Ketua I Jongkie D. Sugiart Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia mengatakan, peminat mobil hibrida dan mobil ramah lingkungan di Indonesia cukup besar. Harganya yang mahal membuat konsumen lebih tersegmentasi ke kalangan menengah atas. "Kalau harganya menarik, pasti orang tertarik membeli” kata dia kepada KONTAN, Kamis (1/9).
Meski begitu, Jongkie pesimistis insentif LCE bisa memenuhi keinginan pemerintah menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mobil hibrida. Pasalnya, produsen mobil akan mempertimbangkan skala keekonomian bila harus membangun pabrik.
Marketing Deputy Division Head PT Toyota Astra Motor Anton Jimi mendukung rencana diskon bagi mobil yang ramah lingkungan seperti mobil rendah emisi karbon. Hanya, Toyota belum tertarik memproduksi mobil hibrida di Indonesia. "Karena butuh volume produksi dan penjualan minimum agar ekonomis," ujar Anton. Saat ini Toyota telah memasarkan mobil hibrida di Indonesia seperti Camry dan Alphard yang hybrid.
Setali tiga uang, Honda Prospect Motor juga belum bisa memastikan akan membangun pabrikan mobil hybrid di Indonesia. "Kalau program menarik, pasti kami dukung," ujar Jonfis Fandy, Direktur Marketing dan Aftersales Service PT Honda Prospect Motor. Di segmen hibrida, Honda mengandalkan CRZ sebagai motor jualan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News