Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Djakarta Lloyd Persero, perusahaan pelayaran samudera milik negara mengklaim tahun ini merupakan titik awal kebangkitan perusahaan jika mendapat Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp350 miliar pada RAPBN-P 2015.
"Kami (perusahaan) siap bangkit dari keterpurukan. Kami siap menyokong program Tol Laut Nasional sebagai jalur transportasi angkutan barang," kata Direktur Djakarta Lloyd Arham S Torik, usai mengikuti Rapat Panitia Kerja PMN dengan Komisi XI, di Gedung MPR/DPR-RI, Senin (26/1).
Menurut Arham, sesuai dengan rencana bisnis perseroan, dana PMN tersebut akan dialokasikan antara lain untuk perbaikan 6 unit kapal dan pembelian 1 unit kapal curah handymax.
Total alokasi dana untuk perbaikan enam kapal tersebut Rp207,2 miliar, meliputi dua unit kapal berkapasitas 1.600 TEUs atau setara dengan 1.600 kontainer, tiga unit kapal berkapasitas 400 TEUs atau setara 400 kontainer, dan satu unit kapal 208 TEUs.
Selain itu perseroan akan membeli kapal curah jenis Handymax berkapasitas 45 metrik ton senilai 12 juta dolar AS atau sekitar Rp142,8 miliar.
Ia menuturkan, semua rencana bisnis tersebut sangat tergantung kepada persetujuan dari DPR.
"Jika disetujui dan semua rencana bisnis berjalan sesuai dengan target maka akan terjadi lompatan kinerja keuangan secara signifikan," tegasnya.
Dengan adanya suntikan dana Rp300 miliar pada tahun 2019 pendapatan perseroan diperkirakan mencapai Rp1,5 triliun, naik dari pendapatan 2015 (tanpa PMN) yang diproyeksikan Rp458 miliar.
Saat yang bersamaan laba setelah pajak sebesar Rp54 miliar pada 2019, naik dari laba 2015 (tanpa PMN) sebesar Rp47 miliar.
"Saat ini kami beroperasi hanya mengandalkan kapal mitra kerja. Dengan kapal milik sendiri maka kami optimistis akan ada penambahan margin keuntungan," ujarnya.
Menurut Arham, optimisme perbaikan kinerja sejalan dengan selesainya program restrukturisasi utang, dan ditambah raihan kontrak dengan BUMN lain seperti PLN, Aneka Tambang dan Krakatau Steel, untuk mengangkut komoditas seperti batubara, BBM, gas, timah, semen, pupuk hingga produk sembako.
Selain itu juga kontrak dengan pihak swasta mengangkut batu bara milik PT Adaro Energy, PT Berau Coal.
Kontrak dengan PLN meliputi pengangkutan batu bara dengan volume 1,2 juta metrik ton, sedangkan dengan Adaro dan Berau kontrak pengangkutan sekitar 900.000 matrik ton. (Royke Sinaga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News