Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (Antam) semakin giat menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan Jepang. Yang terbaru, mereka menggandeng Sumitomo dan Mitsubishi untuk mengolah bahan baku nikel.
Bahkan Antam juga sudah berkunjung ke lokasi pabrik kedua perusahaan raksasa Jepang tersebut. Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, Antam kepincut teknologi Sumitomo dengan nama hydrometal process. Ini adalah teknologi untuk memproses nikel low grade.
Antam saat ini memiliki cadangan terbukti nikel low grade sebanyak 66 juta ton."Dalam waktu dekat ini, kami sedang melakukan penjajakan teknologi untuk smelter dalam pemrosesan low grade nickel dengan Sumitomo," terang Arie kepada KONTAN, Senin (26/3). Lantaran masih tahap penjajakan Arie belum bisa membeberkan dana investasi yang atas teknologi itu di smelter .
Menurut Arie, teknologi milik Sumitomo itu sudah beroperasi di dua pabrik pengolahan atau smelter di Filipina.Antam kini dalam proses penjajakan penggunaan teknologi hydrometal Sumitomo tersebut. "Sumitomo salah satu yang memiliki teknologi itu dan sudah secara komersial produksi,” ujarnya.
Teknologi ini menggunakan High Pressure Acid Leaching Process (HPAL) di smelter nikel. Jika kerjasama lancar, teknologi ini rencananya akan dibangun di Konawe Utara, Kolaka dan Halmahera Timur. Namun, Arie belum bisa membeberkan target pembangunan smelter HPAL itu karena alasan teknologinya masih dalam penjajakan.
Selain Sumitomo, Antam juga tengah melakukan kerjasama dengan Mitsubishi. Arie bilang, melalui anak Mitshubisi yaitu Pamco Pacifik Metal, mereka sedang melakukan training karyawan di Hachonohe Jepang untuk pengembangan smelter feronikel.
Sebelumnya, Antam juga sudah meneken kerjasama dengan perusahaan asal Jepang, MKK Co.Ltd untuk perdagangan emas batangan di Jepang. Dengan perjanjian kerjasama ini, ANTM menargetkan transaksi jual beli emas hingga 200 kilogram (kg) emas setiap bulan selama satu tahun.
Emas batangan Antam masuk instrumen investasi yang memiliki tingkat akuntabilitas tinggi karena bersertifikat London Bullion Market Association (LBMA) yang terjamin kepastian berat dan kadarnya yakni 99.99%.
"Kerjasama ini akan memperkuat daya saing serta meningkatkan kinerja kami ke depan," ujar Arie.
Kuota ekspor naik
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, Antam mengajukan rekomendasi ekspor bijih nikel tahun 2018 sebanyak 2,9 juta ton dan bauksit sebanyak 850.00 ton, untuk periode satu tahun ke depan. Izin ini akan diberikan jika mereka bisa menyelesaikan smelter eksisting di Pomala berkapasitas input 2,7 juta ton.
Arie mengungkapkan, pemerintah juga telah memberikan rekomendasi ekspor yang datang dari dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Kini , emiten berkode saham ANTM inu menunggu izin ekspor dari Kementerian Perdagangan.
Adapun hasil rekomendasi ekspor yang keluar dari pemerintah sesuai dengan yang diajukan Antam dyakni 2,9 juta ton untuk bijih nikel dan sebanyak 850.000 ton untuk bijih bauksit.
Meski begitu, angka ini naik dibanding tahun 2017 lalu, perusahaan pelat merah ini mengantongi izin ekspor bijih nikel dengan kuota 2,7 juta ton dan bauksit sebanyak 850.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News