kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dongkrak pengunjung, peritel garap bisnis resto


Selasa, 23 Agustus 2016 / 06:00 WIB
Dongkrak pengunjung, peritel garap bisnis resto


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Perusahaan ritel berupaya mengundang pengunjung lebih banyak ke gerai mereka. Salah satunya dengan cara membuka restoran dan kafe di dalam gerai.

Satria Hamid Ahmadi, General Manager Corporate Communication Trans Retail kepada KONTAN, Mingg (21/8) menjelaskan, konsep restoran di dalam gerai ini tujuannya menyasar pengunjung yang ingin mengisi perut atau sekadar lapar mata.

Selain restoran, belum lama ini Trans Retail juga membuka area bermain di dalam gerai. Trans Retail juga membawa Mini Trans Studio di gerai-gerai mereka. Hasilnya lumayan, pengunjung melonjak di akhir pekan "Kalau weekend di Jumat sampai Minggu bisa mencapai 6.000 pengunjung sedangkan untuk hari biasa sekitar 3.000 pengunjung," kata Satria.

Padahal sebelum ada restoran dan area bermain tadi, jumlah pengunjung Transmart Carrefour sekitar 700-800 orang saban hari. Kalau akhir pekan naik menjadi sekitar 1.500 orang. Maka dari itu, Trans Retail tak ragu akan menyulap semua Transmart Carrefour menjadi gerai yang juga memiliki area restoran dan area bermain.

Rencana itu berlaku untuk gerai lama maupun 10 gerai baru yang akan mereka realisasikan tahun ini.

Senada seirama, Lotte Mart juga melakukan hal yang sama Donny S. Handoko, Direktur Komersial PT Lotte Mart Indonesia menyebut Lotte Mart memastikan tak cuma menjadikan restoran di dalam gerainya sebagai pelengkap semata.

Dus, perusahaan asal Korea Selatan tersebut berencana menggarap bisnis restoran lebih serius. Sekadar catatan, Grup Lotte memiliki bisnis restoran bernama Lotteria. Restoran seperti ini sudah berdiri berdampingan di beberapa gerai Lotte seperti di Pasar Rebo Jakarta Timur.

Donny menyebut penggarapan bisnis yang lebih serius tersebut bisa dalam bentuk memperbesar luas restoran, maupun merancang menu yang lebih beragam. Ambil contoh gerai Lotte Mart di Surabaya, Jawa Timur. Lote Mart sedang mencoba memasukkan makanan-makanan lokal ke dalam restoran.
Peritel yang lebih banyak menjual produk fashion seperti Sogo Department Store juga tak mau ketinggalan. Mereka menyediakan kafe dan salon di dalam gerai. Penambahan fasilitas di dalam gerai adalah upaya Sogo Department Store bersaing dengan pelaku e-commerce yang kian menjamur.

"Mau tidak mau kami akan ke arah itu untuk memenuhi gaya hidup masyarakat," tutur Handaka Santosa, Chief Executive Officer Sogo Department Store Indonesia.

Tujuan utama Sogo Department Store adalah menyuguhkan pengalaman lebih ketimbang yang ditawarkan pelaku bisnis online.

Pajak berganda

Hanya saja bisnis tambahan yang tujuannya untuk meramaikan gerai ini musti menghadapi aturan yang ketat di sisi perpajakan. Yakni meskipun sudah membayar pajak sebagai badan usaha gerai ritel, mereka harus membayar pajak lagi untuk bisnis restoran tersebut.

Sogo Department Store menyayangkan pungutan pajak yang disebut dobel lantaran bisa mengganjal kreativitas peritel mengundang konsumen.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengakui, penambahan fasilitas di dalam gerai adalah modifikasi strategi para peritel agar ramai pengunjung. Strategi ini sebagai alternatif dari pemberian diskon yang sudah lazim. Selain pengunjung bertambah, peritel ingin loyalitas konsumen naik.

Sementara Trans Retail dan Lotte tak terlalu memusingkan soal pajak ini lantaran hasilnya lumayan. Toh bisnis resto menuai hasil sekaligus mengundang pengunjung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×