Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dorong pemerintah membuka negosiasi perdagangan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan Trans Pacific Partnership (TPP). Hal tersebut guna mendorong ekspor tekstil yang mulai menurun di tahun 2015 kemarin.
Ketua Umum API, Ade Sudrajat Usman mengatakan, tekstil merupakan industri yang paling siap ketika perjanjian CEPA dan TPP mulai dijalankan. Dia menilai tekstil adalah salah komoditas yang strategis dengan nilai ekspor dan potensi penyerapan tenaga kerja yang tinggi.
“Kita yang paling siap, terlebih negara yang tergabung di CEPA dan TPP adalah negara tujuan utama ekspor kita,” kata Ade, Kamis (18/2).
Potensinya, Ade menjelaskan, apabila pasar Amerika dan Uni Eropa terbuka , ekspor akan meningkat, produksi dan penyerapan tenaga kerja juga akan meningkat. Belum lagi saat ini para investor dari dalam dan luar negeri masih menunggu pengumuman perjanjian ini berlangsung.
“Jika kita sudah bisa memberikan kepastian memiliki akses pasar ke Eropa, tentunya investasi di sektor tekstil juga akan bertambah,” ujarnya.
Ia mencontohkan ketika Indonesia melakukan perjanjian perdagangan bebas dengan Jepang 2009 lalu, kinerja ekspor perusahaan Indonesia bisa tumbuh hingga di level US$ 12 juta. Padahal sebelumnya hanya di kisaran US$ 9,5 – 10 juta.
Ade mengatakan untuk ekspor produk tekstil (TPT) keseluruhan di tahun 2015 mencapai US$ 12,5 miliar menurun 2-3%, dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kalau perjanjian perdagangan ini berjalan, proyeksi kita pada tahun 2025 akan meningkat hingga US$ 17,8 miliar. Dan tenaga kerja yang terserap mencapai 2,3 juta orang,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News