Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
Arifin turut mengatakan, metanol juga dapat menghasilkan DME. Tak ayal, kontribusi DME bisa meningkat cukup pesat dalam 10 tahun mendatang. “Optimalisasi produksi metanol dari PKP2B menjadi DME dapat memenuhi kebutuhan subtitusi LPG di dalam negeri,” ujar dia saat Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (19/1).
Selain itu, produk metanol juga tidak akan sia-sia apabila produksinya berlebih. Sebab, metanol juga dapat diperuntukan sebagai subtitusi produk lainnya, seperti gasoline, olefin, dan kebutuhan industri lainnya. Saat ini, terdapat dua proyek gasifikasi batu bara menjadi metanol yang sedang dikembangkan di Indonesia. Keduanya turut melibatkan anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Pertama, proyek gasifikasi batu bara menjadi metanol yang dilakukan oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC). Perusahaan ini berkolaborasi dengan Ithaca Group dan Air Product untuk membangun fasilitas pengolahan batu bara menjadi metanol di Bengalon, Kalimantan Timur yang ditargetkan beroperasi pada tahun 2025. Proyek tersebut sedang dalam tahap finalisasi studi kelayakan dan skema bisnis.
Proyek gasifikasi batu bara menjadi metanol juga dilaksanakan oleh PT Arutmin Indonesia. Pabrik metanol tersebut berlokasi di IBT Terminal, Pulau Laut, Kalimantan Selatan dan ditargetkan beroperasi di tahun 2025. Saat ini, proyek tersebut sedang di tahap finalisasi kajian atau pra studi kelayakan.
Di luar itu, terdapat pula proyek gasifikasi batu bara menjadi DME yang dijalankan oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Perusahaan tersebut menggandeng Air Product dan PT Pertamina (Persero) sebagai mitra bisnisnya. Proyek ini ditargetkan selesai pada tahun 2024 mendatang. Sekarang, proyek DME ini sedang dalam tahap finalisasi kajian dan skema subsidi DME untuk subtitusi LPG serta negosiasi skema bisnis proyek.
Selanjutnya: Kementerian ESDM siapkan berbagai dukungan regulasi untuk program gasifikasi batubara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News