Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. UKM di Indonesia saat ini sebagian besar masih menggunakan cara produksi konvensional. Hal itu membuat produktivitas UKM selama ini belum dapat optimal.
Misalnya saja UKM yang begerak disektor pangan seperti produsen mie dan kerupuk yang masih mengandalkan sinar matahari dalam proses pengeringan.
Di Indonesia sendiri diketahui memiliki dua musim, yaitu panas dan penghujan. Maka dapat dipastikan ketika musim penghujan, UKM yang memanfaatkan sinar matahari dalam proses produksinya akan terkendala dari segi produktivitas.
Tak hanya itu, lahan yang terbatas juga jadi kendala para UKM mie dan kerupuk untuk menggenjot produktivitasnya.
Berkaca dari hal tersebut, PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari bekerja sama dengan ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) berinisiatif membuat mesin oven dan steamer.
Baca Juga: Menyimak Prospek Bisnis, Kinerja Keuangan dan Rekomendasi Saham INDF
Targetnya mesin oven dan steamer ini dapat menggantikan energi panas matahari yang dipakai UKM mie kering dan kerupuk dalam proses pengeringan.
Selain mesin ini bisa menjamin kelancaran produksi di musim penghujan, cara kerjanya juga dirancang dengan konsep hemat energi. Karena saat produk dikukus atau direbus, udara panas yang dihasilkan dari burner mesin steamer dialirkan juga ke oven untuk proses pengeringan.
Erwin Sudharma, Wakil Kepala Divisi Bogasari menerangkan mie dan kerupuk dipilih lantaran tingkat kepopuleran dua produk pangan ini cukup tinggi di masyarakat. Tak hanya itu, Erwin juga berharap adanya multiplayer effect dengan dari sektor industri mie dan kerupuk.
"Mie dan kerupuk jadi multiplayer effect dalam dunia kuliner di Indonesia, jadi kerupuk dan mie semacam wadah atau kendaraan pertumbuhan bahan baku lokal, kita lihat pemakaian cabai, bawang, ayam, telur, minyak, kecap dan semua bumbu rempah lainnya. Multiplayer effect ini akan terus terjadi kepada sektor lain bisa lihat akan ada industri kemasan, logistik dan juga industri mesin produksi Industri tepat guna untuk UKM dan industri rumah tangga lainnya," jelas Erwin saat Preskon Uji Komersil mesin pengering mie kolaborasi Bogasari dan ITS yang digelar secara virtual pada Jumat (27/11).
Nur Husodo, Koordinator Tim Penggerak Teknologi tepat guna Departemen Teknik Mesin Industri-Fakultas Vokasi (DTMI-FV) ITS menjelaskan, bahwa penggunaan oven dan steamer nantinya takkan mengurangi kualitas dari mie dan kerupuk itu sendiri. Selain itu kebersihan dan hemat energi juga akan dirasakan oleh para UKM pengguna mesin tersebut.
"Percobaan dilakukan beberapa kali, dan membuktikan proses cepat tanpa perubahan warna ini buktikan bahwa kualitas terjaga. Ada dua model mesin pengering bulat dan ada bentuk kabinet," jelasnya.
Mesin steamer terdapat dua jenis yaitu tabung dan kabinet. Di mana steamer model kabinet memiliki kapasitas produksi selama 8 jam kerja ialah 10 kilogram adonan kerupuk dan 96 kilogram adonan mie. Kemudian steamer berbentuk kabinet memiliki kapasitas 30 kilogram adonan kerupuk dan 150 kilogram adonan mie selama 8 jam kerja.
Untuk mesin oven atau pengering sendiri hanya terdapat satu model yaitu kabinet dengan kapasitas 10 kilogram kerupuk basah dan 150 kilogram mie basah selama 8 jam kerja.
"Panas yang ada di steamer dimanfaatkan untuk pengeringan, blower untuk menghisap dan mengembuskan dengan kecepatan tinggi jadi material akan kering cepat," imbuh Nur Husodo.
Senior Vice President (SVP) Marketing Bogasari Ivo Ariawan menerangkan, uji komersil tersebut akan memberikan lima mesin ke UKM. Dimana nantinya akan dilihat satu hingga tiga bulan ke depan bagaimana cara kerja dari mesin tersebut apakah sudah cukup membantu produktivitas UKM kerupuk dan mie.
"Sehingga kalau ada perlu modifikasi kita akan melakukan modifikasi terhadap alat ini, sehingga lebih memenuhi kebutuhan para UKM secara komersial/bisnis kalau secara teknis Saya yakin udah cukup baik. Cuma bagaimana secara adaptasi mereka secara komersial kita juga lihat, seberapa banyak alat ini bisa membantu," ungkap Ivo.
Adapun jika sudah dipasarkan secara luas, harga mesin pengering dengan steamer bentuk tabung berkisar pada Rp 14,9 juta, dan steamer dengan kabinet sekitar Rp 19,5 juta.
Baca Juga: Bogasari beri pelatihan bagi ribuan calon UKM di Jakarta
Produsen kerupuk asal Klaten Jawa Tengah Suranto menyebut jika saban hari mampu memproduksi 800 kilogram sampai 1 ton tepung terigu menjadi kerupuk.
Proses pengeringan dengan sinar matahari ialah 1,5 hari hingga 2 hari, namun jika cuaca tak mendukung Suranto menyebut proses pengeringan bisa memakan waktu hingga seminggu.
Sementara itu, Yusral Jinis UKM Mie Kuning Tani Mulya, dari Padang menuturkan dengan adanya bantuan mesin tersebut Ia berharap mampu meningkatkan produktivitas mie sanggul yang sudah dipasarkan ke 19 kabupaten/kota seperti, Pekanbaru, Riau Kepulauan, Batam, Jambi, Palembang, dan Lampung.
Setiap harinya Yusral mampu memproduksi 2,5 ton tepung terigu menjadi mie sanggul, dan jumlah tersebut diakui masih belum memenuhi permintaan.
"Rencana kami bisa meningkatkan produksi, karena masih kurang sekarang produksi. Karyawan saya ada 20 orang. Setahun paling efektif pengeringan itu 9 sampai 10 bulan, kebetulan lokasi kami dipinggir pantai jadi ada sinar lebih. Nantinya kami juga ingin berencana membuka pabrik di Pekanbaru Februari tahun depan, semoga dengan mesin kami bisa buat dua shift produksi," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News