Reporter: The Jakarta Post | Editor: Test Test
JAKARTA. Tingginya pertumbuhan industri makanan membuat para pengusaha berlomba mendirikan pabrik. Saat ini, sedang ada dua investor lokal yang berniat membangun pabrik terigu di Cilegon.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Franky Welirang mengatakan ada dua investor yang sedang membangun dua pabrik tepung terigu di Cilegon, Banten. "Rencananya pembangunan pabrik selesai Februari 2009," tandasnya.
Menurut Franky dua kapasitas pabrik giling tepung terigu itu masing-masing sebesar 1.000 ton per hari. Ia memperkirakan dana investasi yang ditanamkan sebanyak US$ 70 juta. "Masing-masing pabrik kira-kira senilai US$ 35 juta," tuturnya.
Franky menjelaskan jika satu pabrik dibangun oleh investor lokal yang saat ini menjadi distributor tepung terigu. Sementara, satu pabrik terigu dibangun oleh investor lokal bekerjasama dengan investor Malaysia.
Menurut Franky, ia telah menghubungi kedua perusahaan itu untuk bergabung dengan Aptindo. Hal ini dilakukannya agar kebijakan-kebijakan yang pemerintah yang berhubungan dengan industri bisa terjalin dua arah.
Ratna Sari Loppies, Direktur Eksekutif Aptindo menjelaskan banyaknya minat investasi tepung terigu karena pertumbuhan industri tepung terigu masih menjanjikan. "Karena manusia butuh makan," paparnya.
Apalagi, penduduk Inonesia adalah penduduk terbesar ketiga setelah India dan China. Saat ini, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 230 juta. Jadi, industri makanan tidak akan pernah berhenti.
Benny Wahyudi, Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian (Depperin) mengaku belum mengetahui tentang kabar tersebut. Ia beralasan saat ini proses investasi dan perizinan sudah diserahkan kepada daerah.
Benny hanya berharap bahwa para produsen ini akan menerapkan standar nasional indonesia (SNI) yang akan diberlakukan pada tahun ini. "Agar dapat melindungi kepentingan konsumen," tegasnya singkat.
Konsumsi Tepung Terigu Nasional Anjlok 12,36%
Kenaikan bahan bakar minyak bersubsidi sebesar 18,7% rupanya membuat daya beli masyarakat pada tepung terigu anjlok. Aptindo memperkirakan konsumsi terigu pada Januari-Mei 2008 anjlok sebesar 12,36%.
Franky Welirang Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) menjelaskan konsumsi nasional tepung terigu pada Januari-Mei 2007 adalah sebesar 1,59 juta ton, sedangkan pada periode yang sama tahun ini hanya sebesar 1,39 juta ton.
Sementara, impor tepung terigu juga anjlok sebesar 35,6% dari 289.324 pada tahun lalu menjadi 186.159. Menurut Franky, penurunan konsumsi ini disebabkan kenaikan BBM bersubsidi sehingga para produsen memangkas produksinya. "Ini bukan karena kenaikan harga," katanya.
Menurut Franky, Aptindo tidak pernah menaikkan harga tepung terigu. "Mulai akhir Januari hingga kini produsen belum menaikkan harga," katanya. Karena, naiknya harga BBM tidak berimbas pada biaya produksi.
Kenaikan harga tepung terigu akan terjadi apabila ada gejolak nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Selain itu, kenaikan juga akan terjadi jika harga terigu dipasar internasional meningkat. "Namun, kita terpengaruh harga terigu internasional, karena kita memakai harga kontrak fisik saja," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News