Reporter: Agung Hidayat | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar keramik sebenarnya selalu memasuki low season di awal tahun ini. Namun khusus untuk tahun ini Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), pasar jauh di bawah ekspektasi.
Beberapa faktor pendorong penurunan ini ialah lambannya pekerjaan infrastruktur yang mendorong sektor properti dan bahan bangunan di daerah. "Sebelumnya dipengaruhi faktor cuaca yang hujan, sedangkan proyek banyak belum jalan lantaran wabah ini," ujar Edy Suyanto, Ketua Umum Asaki kepada Kontan.co.id, Senin (30/3).
Pelemahan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga semakin mempersulit industri keramik di tengah lesunya pasar. Karena hampir sekitar 50% biaya produksi menggunakan mata uang asing dolar AS seperti pembayaran gas, beberapa jenis bahan baku serta spareparts yang kebanyakan berasal dari Italia, Spanyol dan China.
Baca Juga: Karena wabah corona dan rupiah anjlok, Intikeramik Alamasri review target bisnis
"Kondisi lockdown di Italia dan Spanyol turut mengganggu proses produksi industri keramik karena mesin-mesin produksi hampir 90% buatan Italia," sebut Edy yang juga menjabat sebagai Direktur PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA).
Sekadar informasi ketergantungan suplai sparepart dari Italia dan bahan baku produksi seperti tinta yang dipakai di mesin digital printing semua berasal dari Italia dan Spanyol.
Hal di atas, kata Edy, tentu langsung menyebabkan kenaikan biaya produksi industri keramik sehingga daya saing semakin tergerus. Lebih lanjut industri berharap, dukungan pemerintah agar ada upaya keringanan di tengah kondisi ini
Opsi rencana pemerintah untuk menurunkan harga gas industri per April tahun ini diakui Asaki bakal mendorong perbaikan di sektor usaha keramik. Sementara itu produsen keramik, PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) masih mengkaji ulang target bisnisnya di tahun ini di tengah kondisi pandemi virus corona dan mata uang rupiah yang anjlok.
Sebenarnya secara umum, kata Angelica Lie, Managing Director IKAI, terkait dengan kegiatan operasional saat ini pabrik keramik perseroan tetap beroperasi. Dikarenakan saat ini proses produksi keramik IKAI sudah berjalan secara fully automated terkait dengan proses produksi.
Adapun soal kurs dolar AS yang melonjak sedikit banyak berdampak bagi industri keramik keseluruhan. "Untuk unit usaha manufaktur keramik kami, biaya produksi yang terkena paparan dampak mata uang asing hanya di biaya energi saja dan saat ini masih berada pada kisaran yang manageable yaitu berada pada level 20% - 30%," terang Angelica kepada Kontan.co.id, Jumat (27/3).
Di tengah kondisi ini perusahaan belum melakukan ekspansi besar-besaran. Menurut Angelica, perseroan cenderung mempertahankan efisiensi dan akan lebih berfokus meningkatkan optimalisasi bisnis-bisnis unit yang sudah ada.
Baca Juga: Turun paling dalam, begini saran analis untuk saham-saham industri dasar dan kimia
Sedangkan perusahaan keramik, PT Cahayaputra Asa Keramik (CAKK) mengakui bahwa di tengah pandemi kali ini bukan waktu yang tepat melanjutkan ekspansi bisnis. Perusahaan mengumumkan penundaan penambahan kapasitas produksi yang rencana awalnya bakal terlaksana di kuartal-lI 2020.
Juli Berliana, Direktur CAKK menyatakan sehubungan dengan kondisi perekonomian regional dan global yang mengalami penekanan dan perlambatan serta merebaknya kasus pandemi Covid 19. "Kami harus menyampaikan bahwa penambahan kapasitas produksi yang seyogyanya akan dilaksanakan pada triwulan ke 2 tahun 2020, harus kami tunda," jelasnya, Jumat (27/3).
Manajemen menjelaskan penundaan ini disebabkan adanya travel banned dari pemerintah Indonesia dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19 sehingga pengiriman mesin mesin Ex. ltalia dan China mengalami penundaan dalam proses pembuatannya sehingga pengirimannya ditunda selama 2-3 bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News