kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.839   -99,00   -0,63%
  • IDX 7.416   -76,23   -1,02%
  • KOMPAS100 1.146   -13,08   -1,13%
  • LQ45 907   -12,67   -1,38%
  • ISSI 225   -1,05   -0,47%
  • IDX30 467   -7,79   -1,64%
  • IDXHIDIV20 564   -8,40   -1,47%
  • IDX80 131   -1,45   -1,09%
  • IDXV30 140   -0,65   -0,46%
  • IDXQ30 156   -2,00   -1,26%

Duh! Mayoritas pembeli rusunami menengah atas


Senin, 09 April 2012 / 18:52 WIB
Duh! Mayoritas pembeli rusunami menengah atas
ILUSTRASI. Ilustrasi manfaat buah srikaya untuk kesehatan. Foto:Dok.Wikipedia


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Wajar jika banyak pihak optimistis industri properti bakal cerah, walaupun Bank Indonesia (BI) mengeluarkan aturan loan to value (LTV) untuk kredit kepemilikan rumah (KPR).

Hasil riset dari Colliers International Indonesia menyebutkan, hanya segelintir masyarakat yang memanfaatkan KPR untuk membeli apartemen, bahkan rusunami sekalipun.

Colliers mencatat, metode pembayaran apartemen paling sering digunakan konsumen adalah tunai bertahap, yaitu sebanyak 55%-70%. Pemilihnya bervariasi, mulai dari kelas menengah bawah sampai menengah atas.

Rinciannya, untuk apartemen menengah atas, konsumen yang membayar cara tunai bertahap ini sebanyak 50%-60%, tunai keras 30%-40%, dan KPR 10%-20%. Komposisi untuk apartemen menengah tidak jauh berbeda, yaitu tunai bertahap 60%-70%, tunai keras 20%, dan KPR 10%-20%.

Menariknya, apartemen menengah bawah dan rusunami lebih banyak dibayar dengan cara tunai bertahap, yaitu sebanyak 50%-60%. Hanya 20%-30% konsumen yang memakai tunai keras, dan 10%-20% sisanya KPR.

Kategori apartemen menengah bawah menurut Colliers adalah yang harganya di bawah Rp 10 juta per meter persegi (m2). "Rusunami salah sasaran, karena pembelinya lebih banyak investor ketimbang masyarakat kelas bawah," ujar Ferry Salanto, Associate Director Colliers International di Jakarta, Senin (9/4).

Padahal, sesuai kebijakan pemerintah, rusunami adalah apartemen program subsidi yang diperuntukkan pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

Namun begitu, Ferry bilang, ada dua faktor yang mendorong konsumen membeli rusunami secara tunai bertahap. Pertama, memang mampu membayar. Kedua, karena sifatnya lebih sederhana, fleksibel, dan privat. "Mereka tidak mau memberi tahu penghasilannya pada bank," ujar Ferry.

Sekadar informasi tambahan, pemohon tunai bertahap memang tak perlu melampirkan rekeningnya. Selain itu, metode ini biasanya hanya bertenor satu-tiga tahun, sementara KPR bisa sampai 15 tahun tergantung usia pemohon. Tipikal konsumen KPR adalah karyawan, sedangkan tunai bertahap adalah pebisnis.

Lebih lanjut, Ferry bilang, banyak pengembang melakukan terobosan pemasaran dengan cara mengkombinasikan tunai bertahap dengan KPR. "Menyediakan dana tunai adalah masalah tipikal konsumen memengah bawah. Karena itu, pengembang menawarkan angsuran uang muka selama 12-24 bulan, kemudian angsuran per bulannya dibayar melalui KPR," jelas Ferry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×