kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

E-commerce diprediksi tumbuh 3 kali lipat, bisnis pergudangan turut terdongkrak


Senin, 19 April 2021 / 08:00 WIB
E-commerce diprediksi tumbuh 3 kali lipat, bisnis pergudangan turut terdongkrak


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis penjualan lahan dan sewa pergudangan (warehouse) menjadi salah satu segmen usaha yang terdongkrak oleh tren pertumbuhan ekonomi digital, khususnya lewat perdagangan online atau e-commerce.

Peneliti Lembaga Manajemen FEB Universitas Indonesia Taufiq Nur menjabarkan, prospek bisnis pergudangan setidaknya ditopang oleh permintaan (demand) dari tiga sektor industri. Yakni manufaktur, logistik dan perdagangan yang di dalamnya terdapat e-commerce.

Sepanjang 2020 lalu, Taufiq mengemukakan bahwa e-commerce menjadi main driver ekonomi digital dengan pertumbuhan tahunan (YoY) mencapai 54% dibanding tahun sebelumnya.

Berbagai e-commerce besar seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada menunjukkan trend peningkatan traffic selama pandemi karena adanya pembatasan mobilitas masyarakat.

Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi digital turut menopang bisnis emiten pergudangan

Belanja online menjadi pilihan masyarakat sebagai alternatif melakukan discretionary spending yang biasanya bisa untuk berwisata. Adapun ketika traffic e-commerce meningkat, kapasitas gudang yang diperlukan juga menanjak.

"Tentunya hal ini juga berdampak sangat positif terhadap bisnis pergudangan. Artinya, ketika demand dari e-commerce tinggi, perusahaan e-commerce ini membutuhkan gudang," kata Taufiq kepada Kontan.co.id, Minggu (18/4).

Tak hanya e-commerce sebagai perdagangan online, potensi bisnis pergudangan juga datang dari berbagai fenomena sharing economy baru yang muncul selama pandemi. Misalnya dengan dark kitchen, co-warehouse, serta co-location untuk penyimpanan srver dan cloud.

"Jadi bisnis warehouse ke depan tidak hanya bisa meutilisasi model bisnis tradisional yang ada," sambung Taufiq.

Dalam lima tahun ke depan, sambung Taufiq, e-commerce diprediksi bisa tumbuh sampai tiga kali lipat dari saat ini. Hal ini akan berimplikasi pada semakin besarnya net leaseabl area (NLA) yang perlu disiapkan oleh perusahaan warehouse.

Selain itu, jika dilihat dari foreign direct investment (FDI) pemerintah sampai Q4-2020, total investasi untuk sektor transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi mencapai lebih dari US$ 1 Milliar.

"Artinya baik dari sisi demand, yaitu tumbuhnya e-commerce, maupun dari sisi supply, yaitu investor ini sangat kondusif dalam mendukung bisnis pergudangan ke depan," pungkas Taufiq.

Baca Juga: Bukalapak dapat suntikan modal dari Mandiri Capital

Dihubungi terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Properti dan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar mengamini, pandemi covid-19 tahun lalu tidak menyurutkan permintaan lahan untuk pergudangan.

Segmen bisnis ini termasuk yang bisa bertahan, bahkan beberapa area bisa mencatatkan pertumbuhan hingga 20%-30%.

Permintaan pergudangan tahun lalu disokong oleh segmen usaha yang mampu bertahan di tengah pandemi, termasuk pertumbuhan e-commerce. Menurut Sanny, perdagangan digital tersebut berkontribusi  sekitar 20% terhadap bisnis pergudangan.

"E-commerce menyerap sekitar 20% dalam bisnis pergudangan yang tumbuh di lokasi kawasan-kawasan industri yang sangat dekat dengan ibu kota atau kota-kota besar," ujar Sanny kepada Kontan.co.id, Minggu (18/4).

Dia menambahkan, permintaan gudang masih terus tumbuh dalam 1 tahun-2 tahun ke depan. Untuk tahun ini, bisnis pergudangan diproyeksi masih terus tumbuh di rentang 20%-30%.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (IdEA) Bima Laga menyampaikan, gudang menjadi salah satu infrastruktur penting dalam menopang perdagangan digital.

Terutama untuk membantu distribusi antar daerah mengingat geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan. "Tentu pertumbuhan pergudangan sangat dibutuhkan. Salah satu manfaatnya adalah menekan ongkos kirim," sebut Bima.

Emiten yang memiliki segmen bisnis penjualan lahan dan sewa gudang pun mengintip prospek positif dari pertumbuhan e-commerce.

Sekretaris Perusahaan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) Muljadi Suganda mengungkapkan, pihaknya banyak menjual lahan dan standard factory building yang digunakan untuk pergudangan.

"Jika bicara tentang e-commerce, itu sudah mulai tumbuh di kawasan kami dalam kurun waktu kurang lebih 5 tahunan lalu, dimana Jababeka juga memiliki dry port," kata Muljadi kepada Kontan.co.id, Sabtu (17/4).

Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi digital turut menopang bisnis emiten pergudangan

Muljadi mengamini, bisnis pergudangan akan sejalan dengan pertumbuhan e-commerce. Apalagi, letak Jababeka berdekatan dengan pasar terbesar e-commerce yang saat ini masih berada di Jakarta dan sekitarnya.

Meski belum memberikan gambaran melalui angka, tapi Muljadi memastikan bahwa pertumbuhan e-commerce sangat berdampak pada kontribusi penjualan lahan pergudangan di Jababeka.

Dia optimistis, dengan ekonomi digital dan bisnis logistik yang terus bertumbuh, permintaan lahan untuk pergudangan juga bakal ikut meningkat.

"Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus bertumbuh, maka pasar logistik juga akan bertumbuh karena e-commerce sudah menjadi kebutuhan. Tentu jika ada dorongan terhadap pertumbuhan e-commerce, akan menjadi katalis bagi pelaku usaha bisnis pergudangan," imbuh Muljadi.

PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) juga melihat e-commerce sebagai tenant yang menjanjikan. Head of Coporate Finance & Investor Relations MMLP Asa Siahaan sebelumnya mengatakan, beberapa permintaan atas ruang gudang masih terus ada.

Terutama dari sektor fast moving consumer goods (FMCG) dan e-commerce yang cukup tahan dalam kondisi pandemi. Tenant MLLP sebagian besar berasal dari bisnis FMCG, e-commerce dan logistik.

Adapun, tenant dari segmen e-commerce sendiri menyumbang sekitar 25% dari okupansi gudang MMLP. Kendati demikian, Asa menekankan bisnis pergudangan erat kaitannya dengan kondisi ekonomi.

"Kami berharap kondisi ekonomi dapat membaik pasca pandemi tahun 2021 dan mendorong aktivitas bisnis dapat berjalan lebih baik sehingga dapat menciptakan demand atas space pergudangan," kata Asa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×