Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Meskipun dampak kenaikan harga batubara sudah berdampak pada kinerja 2016, PT Petrosea Tbk tak mau lengah. Tahun ini, mereka melanjutkan strategi efisiensi biaya dan diversifikasi bisnis tahun lalu.
Petrosea bakal selektif membelanjakan dana belanja modal alias capital expenditure (capex). "Kalau alat lama masih bagus, tidak perlu membeli alat baru untuk Petrosea. Kami lihat tahun 2017 ini," kata Hanifa Indrajaya, Presiden Direktur PT Petrosea Tbk, Jumat (21/4).
Jika ingin berbelanja alat baru, acuan Petrosea adalah kebutuhan. Mochamad Kurnia Ariawan, Direktur Keuangan PT Petrosea Tbk bilang, ada rencana membeli alat pada tahun ini. Rencana tersebut sejalan peningkatan volume kontrak penambangan.
Sejak akhir tahun 2016, Petrosea mengantongi kontrak di tangan senilai Rp 819 miliar. Klien bisnis mereka meliputi PT Anzawara Satria dengan masa kontrak hingga 2018 dan PT Binuang Mitra Bersama hingga tahun 2020. Ada pula perpanjangan kontrak dengan PT Indoasia Cemerlang dan kontrak pemindahan lapisan tanah penutup dengan PT Kimco Armindo hingga 2019.
Efisiensi biaya sudah berjalan sejak tahun lalu. Realisasi capex Petrosea tahun 2016 sebesar US$ 17,78 juta. Sementara realisasi capex 2015 yakni US$ 40,85 juta.
Biarpun belanja menyusut, pendapatan Petrosea tumbuh 1,23% menjadi US$ 209,37 juta. Rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atawa rugi bersih, juga mengempis 37,66% menjadi US$ 7,93 juta.
Sementara dampak strategi diversifikasi bisnis terwujud dalam penurunan kontribusi bisnis penambangan. Pendapatan bisnis penambangan tahun lalu US$ 114,32 juta atau 54,60% terhadap total pendapatan. Padahal hitungan kontribusinya tahun 2015 mencapai 70,76%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News