kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom SAM: Mebel kayu lokal punya peluang gantikan produk China di pasar AS


Kamis, 27 Juni 2019 / 20:40 WIB
Ekonom SAM: Mebel kayu lokal punya peluang gantikan produk China di pasar AS


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China bisa menjadi hal positif bagi negara-negara yang mampu menembus pasar AS menggantikan China.

Ekonom Samuel Aset Manajemen (SAM) Lana Soelistianingsih melihat potensi tersebut datang dari mebel kayu alias wooden furniture.

"Kalau untuk menggantikan barang dari China yang saya lihat masih mungkin kita isi adalah wooden furniture," jelas Lana saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (25/6).

Pasalnya mebel kayu masuk dalam 10 besar barang dari China yang dikenai tarif 25%. Adapun barang lainnya seperti peralatan telekomunikasi, computer circuit box, prosesor, metal furniture hingga power converter.

Dari kesepuluh barang utama tersebut, hanya mebel kayu yang dimiliki Indonesia dan bukan merupakan barang berteknologi tinggi. "Kita mesti identifikasi barang yang bisa kita isi untuk menggantikan barang dari China," ujar Lana.

Berdasarkan data BPS, mebel kayu sudah termasuk 10 barang yang diekspor Indonesia ke AS. Selama Januari-Mei 2019 nilai ekspor mebel kayu ke AS mencapai US$ 146,01 juta.

Sebenarnya, bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu, capaian tersebut justru turun 3,96%. Untuk itu perlu upaya untuk menggenjot ekspor mebel kayu.

Lana menjelaskan upaya yang perlu dilakukan oleh Indonesia untuk kembali meningkatkan ekspor ke pasar AS adalah hasil produksi yang tepat, pemasaran yang tepat hingga kesiapan atas permintaan dalam jumlah besar.

Dari hasil produksi, industri dalam negeri harus bisa melihat tren model di AS saat ini yang cenderung minimalis. "Jadi bukan lagi ukiran," imbuh dia.

Selain itu, Indonesia juga bisa memanfaatkan marketplace di AS untuk memasarkan hasil produksi tersebut. Hanya saja industri dalam negeri juga harus siap untuk meningkatkan jumlah produksi agar mampu memenuhi permintaan pasar.

"Kontinuitas barang perlu diperhatikan karena kalau kita tidak bisa memenuhi pesanan itu sudah cacat," imbuh dia.

Hal serupa juga dijelaskan oleh ekonom Asia Development Bank Institute (ADBI) Eric Sugandi. Menurutnya peluang untuk menggantikan posisi China dalam mengekspor barang ke AS.

Hanya saja perlu dipikirkan kesiapan industri untuk menambah jumlah produksi serta kesiapan daya saing industri dalam negeri terhadap kompetitor seperti Thailand dan Malaysia baik dari sisi harga maupun kualitas. "Analisis peluang ini mesti dilakukan secara detil per sub sektor tidak bisa secara agregat," imbuh dia.

Eric juga menambahkan bahwa pasar yang terbuka lebar untuk menggantikan China adalah untuk elektronik. Sayangnya untuk memenuhi itu perlu waktu yang lama untuk mempersiapkan industri berteknologi tinggi di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×