Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menyoroti sejumlah dampak negatif dari aktivitas penambangan bijih nikel oleh PT Gag Nikel, anak usaha PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM).
Ia menilai kegiatan pertambangan di Indonesia masih jauh dari prinsip keberlanjutan atau Environmental, Social, Governance (ESG).
“Kerusakan lingkungan tidak pernah diperhitungkan secara serius, baik dalam studi kelayakan maupun dalam pelaksanaan operasional. Keberlanjutan hanya menjadi slogan dan narasi semata,” ujar Wijayanto kepada Kontan, Senin (9/6).
Dari aspek sosial, ia menilai praktik penambangan minim melibatkan masyarakat lokal. Akibatnya, mata pencaharian warga seperti nelayan dan petani terancam selama operasional tambang berlangsung.
Baca Juga: Jatam:Kerusakan Ekologis Tambang Nikel Raja Ampat Lebih Besar dari Potensi Keuntungan
Ia juga menyoroti proses pemberian izin usaha pertambangan (IUP) yang dinilai kurang transparan. Selain itu, penerimaan negara melalui pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dinilai sangat rendah, karena adanya insentif fiskal yang berlebihan serta lemahnya transparansi pengelolaan.
“Jika penambangan nikel dan hilirisasi terus dijalankan seperti sekarang, mudaratnya jauh lebih besar daripada manfaatnya,” tegasnya.
Sebagai informasi, PT Gag Nikel menjadi sorotan setelah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menghentikan sementara operasional tambangnya yang berlokasi di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Menanggapi hal tersebut, Pelaksana Tugas Presiden Direktur PT Gag Nikel, Arya Arditya, menyatakan bahwa perusahaannya telah menjalankan operasional sesuai prinsip *Good Mining Practices* dan siap membuka seluruh dokumen pendukung kepada pemerintah.
Baca Juga: Penambang Nikel di Raja Ampat Salahi Aturan UU No 1 Tahun 2014, Ini Alasannya
“Kami siap menyampaikan seluruh dokumen yang dibutuhkan dalam proses klarifikasi kepada Kementerian ESDM,” ujarnya.
Sejak memperoleh izin operasi produksi pada 2017 dan memulai operasional pada 2018, PT Gag Nikel mengklaim telah menjalankan sejumlah program keberlanjutan seperti Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS), Reklamasi Area Tambang, Konservasi Terumbu Karang dan Pemantauan Kualitas Lingkungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News