kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonomi digital pada e-commerce & media sosial menunjukkan tren positif saat pandemi


Rabu, 25 November 2020 / 08:05 WIB
Ekonomi digital pada e-commerce & media sosial menunjukkan tren positif saat pandemi


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) mengatakan bahwa tren perkembangan bisnis e-commerce sangat baik beberapa tahun belakangan ini. Hal tersebut selaras dengan laporan riset Google, Temasek, dan Bain Analysis terkait ekonomi digital di Indonesia.

Sektor e-commerce mendominasi perolehan ekonomi digital tanah air dengan prediksi sebesar US$ 32 miliar di tahun ini atau naik 54% dibandingkan prediksi tahun lalu yang sebesar US$ 21 miliar. Bima Laga, Ketua Umum idEA mengaku sangat senang dengan hasil riset tersebut.

"Melihat perkembangan saat ini, pada dasarnya kami sangat optimistis terhadap perkembangan industri e-commerce ke depannya. Belanja online melalui marketplace tak hanya efisien, tapi juga bermanfaat dalam mencegah penularan virus COVID-19," kata Bima kepada Kontan.co.id, Selasa (24/11).

Namun katanya lebih lanjut, yang paling berpengaruh perkembangan industri bukanlah dampak pandemi saja. Indonesia sejatinya memang memiliki potensi besar dalam industri e-commerce.

Baca Juga: Perusahaan logistik lokal gencar ekspansi ke pasar ekspor

"Negara ini punya bonus demografi yang merupakan kelompok usia milenial. Jumlah mereka sangat besar, dan mereka merupakan pasar digital yang sangat potensial," sebut Bima. Kepraktisan yang ditawarkan e-commerce dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan hobi mereka tentu mampu menarik minat generasi milenial ini.

Belum lagi produk yang ditawarkan lewat e-commerce sangat bervariasi yang kerap kali unik. Konsumen juga bisa melewati batas wilayah berbelanja. "Semua konsumen bisa menjangkau produk yang ditawarkan penjual di pelosok Indonesia. Tak lagi harus ke luar negeri untuk bisa membeli produk-produk mancanegara," terang Bima.

Tren kenaikan transaksi e-commerce belakangan ini turut diakui pelaku usaha. Erick Wicaksono, VP of Marketing Bukalapak belum lama ini menjelaskan terdapat kenaikan transaksi di Bukalapak sejak Juni lalu sekitar 50% dibandingkan dengan tahun lalu.

"Jumlah transaksi oleh Mitra Bukalapak di bulan Juni tahun ini juga naik hingga sekitar 3 kali lipat dari bulan yang sama tahun lalu. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi yang pernah dicapai oleh Mitra Bukalapak," ungkap Erick.

Baca Juga: Ekonomi internet diperkirakan capai US$ 44 miliar pada 2020, ini sektor pendorongnya

Selain itu, Erick menyebut, kenaikan juga terjadi pada jumlah pelaku UMKM yg bergabung menjadi Pelapak dan Mitra Bukalapak, yakni mencapai lebih dari 3 juta di tujuh bulan pertama tahun ini. Untuk tahun 2021, pihaknya berharap akan semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaat dari inovasi dan teknologi terlebih untuk meringankan beban ekonomi akibat pandemi ini.

Tak hanya e-commerce, sektor media online juga diprediksi mengalami kenaikan di tahun ini sebesar 24% menjadi US$ 4,4 miliar. Menurut Heru Sutadi, Pengamat Telekomunikasi hal ini dimaklumi seiring dengan terbatasnya aktivitas bertatap muka secara langsung di saat pandemi.

"Kalau dilihat trafik telekomunikasi meningkat hingga 50% saat ini. Pelajar menggunakan komunikasi daring, orang-orang juga WFH tentu terkoneksi dengan internet dan media sosial," sebutnya kepada Kontan.co.id, Selasa (24/11).

Penggunaan teknologi terus meningkat seiring aktivitas online menjadi marak diseluruh kalangan masyarakat, maka prediksi kenaikan tersebut menurut Heru bukan hal yang mustahil dapat tercapai. Meski masih ada catatan yang menjadi tantangan untuk mengembangkannya di masa depan.

Baca Juga: Ada pendemi, transaksi uang elektronik kartu sepanjang 2020 turun

Heru menyoroti persoalan infrastruktur telekomunikasi yang menunjang kehidupan berinternet, dirasakan masih kurang. "Saat pandemi ini kebutuhan akses internet bisa mencapai 10Mbps, dalam beberapa tahun ke depan bisa saja mencapai 100Mbps seiring naiknya ekonomi digital, ini tentu butuh infrastruktur yang mumpuni," kata dia.

Selain itu Heru berharap, Indonesia bisa terus mengembangkan berbagai platform atau aplikasi online lokal yang menunjang aktivitas dunia maya. Jadi tidak terjebak sebagai pemakai alias konsumen aplikasi buatan luar negeri saja.

Baca Juga: Alibaba catat produk Indonesia ini paling diminati konsumen saat 11.11

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×