Reporter: Agung Hidayat, Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski ekonomi makro bergoyang, bisnis konsumer tetap tahan banting. Para produsen consumer goods bertekad terus ekspansif di semester kedua tahun ini. Alhasil, belanja modal alias capital expenditure (capex) yang telah dicanangkan pada awal tahun bakal terserap sepenuhnya hingga akhir tahun nanti.
Direktur Keuangan PT Kino Indonesia Tbk (KINO) Budi Muljono, menyebutkan bahwa industri barang konsumer relatif stabil dan tidak terlalu berdampak oleh gejolak ekonomi dan politik. Produsen personal care dan minuman ini optimistis mampu membukukan pertumbuhan positif. Apalagi, produk yang mereka pasarkan merupakan kebutuhan sehari-hari.
Tahun ini, KINO mengalokasikan capex sekitar Rp 300 miliar. Hingga sekarang sudah terserap hingga 70% total capex. Manajemen KINO menggunakan mayoritas alokasi anggaran belanja modal yang sebagian besar berasal dari kas internal tersebut untuk menambah kapasitas pabrikan. "Kami menambah kapasitas produksi karena melihat potensi permintaan untuk produk kami masih dapat berkembang lebih besar lagi," ungkap Budi kepada Kontan.co.id, Senin (16/9).
Baca Juga: KINO Memperkuat Penjualan di Platform Digital
Mengenai besaran penambahan kapasitas, Budi belum dapat memerincinya. Yang terang, peningkatan kapasitas produksi terutama menyasar produk personal care dan farmasi yang dinilai memiliki pertumbuhan cukup signifikan pada tahun ini.
Sekadar informasi, pabrik KINO yang berlokasi di Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat, mengelola proses produksi untuk produk pemeliharaan dan perawatan tubuh. Pabrik tersebut memiliki 54 lini produksi serta kapasitas produksi sebesar 42.834 kiloliter di tahun 2018.
Sementara menjelang kuartal ketiga berakhir, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), juga mengaku masih konsisten dengan rencana alokasi belanja modal pada awal tahun ini. "Alokasi belanja modal masih sama," kata Leonard, Direktur Keuangan Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul kepada Kontan.co.id, Selasa (17/9). Tercatat, total alokasi belanja modal SIDO pada tahun 2019 mencapai Rp 150 miliar.
Adapun memasuki kuartal ketiga tahun ini, dana belanja modal yang sudah terserap kurang lebih Rp 100 miliar atau setara 66,6%.
Baca Juga: Sido Muncul jaga persentase ekspor di angka 6% dalam total penjualan
SIDO menyebutkan belanja modal yang terserap sejauh ini untuk pemeliharaan aset serta melanjutkan proyek tahun lalu yang belum tuntas. SIDO akan memakai sisa belanja modal untuk hal serupa.
Pada tahun lalu, alokasi belanja modal SIDO jauh lebih besar dibanding dengan tahun ini, yakni Rp 400 miliar. Mereka memanfaatkan dana tersebut untuk pembangunan berbagai proyek, salah satunya fasilitas produksi cairan obat dalam 2 (COD 2). Selain itu, SIDO menggunakan dana untuk pengadaan mesin packaging yang belum tuntas.
Setali tiga uang, produsen beras PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) sedang memproses penggunaan anggaran capex tahun ini yang berkisar Rp 100 miliar. Mereka menggunakan dana tersebut untuk menambah kapasitas produksi dan mendirikan pembangkit listrik.
"Untuk peningkatan kapasitas mesin, rencananya menambah kapasitas 20 ton per jam di pabrik Subang. Proyek ini masih sesuai target, yang selesai bulan depan," kata Ferdinand Dion, Investor Relations HOKI, kemarin.
Baca Juga: Buyung Poetra (HOKI): Kenaikan liabilitas adalah konsekuensi bisnis
Hingga akhir tahun nanti, kapasitas produksi HOKI akan mencapai 55 ton per jam. Perusahaan ini juga getol menambah pabrik dengan rencana membangun lini produksi baru di Sumatra Selatan sebesar 40 ton per jam dan akan rampung tahun depan.
Manajemen Buyung Poetra merencanakan kapasitas produksi berasnya melonjak menjadi 95 ton per jam pada tahun depan. Dengan asumsi menambah kapasitas tersebut, kinerja bisnis HOKI berpotensi terus meningkat 10%-15% setiap tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News