Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengungkapkan, tren penurunan ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia dari bulan Februari bisa berlangsung hingga akhir tahun ini.
"Kalau cuman sampe akhir tahun, saya kira iya (ekspor menurun). Sekarang, siklus itu memang tengah terjadi. Dimana harga CPO sedang melambung tinggi. Apalagi untuk CPO ini ada permasalahan dari Eropa yang menerapkan deforistrasi itu," ungkap Piter kepada Kontan.co.id, Selasa (25/6).
Untuk diketahui, rencana penerapan Undang-Undang Anti Deforestasi Uni Eropa atau European Union Deforestation-free Regulation (EUDR) dianggap berpotensi mengancam kinerja industri sawit nasional.
Baca Juga: Kemenperin Jalankan Kebijakan Hilirisasi dan Susun Roadmap Sawit Indonesia Emas 2045
Meski UU Anti Deforestasi baru akan diterapkan pada awal Januari 2025. Regulasi yang bertujuan untuk memastikan produk yang masuk ke pasar Uni Eropa berasal dari sumber yang legal dan bebas deforestasi berpotensi membuat ekspor produk sawit Indonesia menjadi sulit ke negara-negara Uni Eropa.
Adapun, ekspor Indonesia sudah mengalami penurunan sejak Februari tahun ini. Yang terbaru, berdasarkan data BPS, pada bulan Mei 2024 tercatat nilai ekspor CPO dan turunannya mencapai US$ 1,08 miliar, atau turun 22,19% bila dibandingkan bulan sebelumnya, dan turun 27,11% bila dibandingkan periode sama tahun lalu.
Terkait penyebab turunnya ekspor, Piter mengatakan nilai ekspor sangat bergantung pada perekonomian global.
"Naik turunnya ekspor-impor kita kan sebenarnya sebuah keniscayaan yang pasti ada dua penyebab utama. Yang pertama adalah permintaan, jadi demandnya sendiri ada naik-turunnya sesuai dengan kondisi perekonomian global," katanya.
Baca Juga: Ini Penyebab Ekspor CPO Turun 27,11% pada Mei 2024
"Yang kedua, harganya juga naik-turun. Ketika permintaan naik, harga naik, ya ekspor kita pasti naik. Itu yang kita alami sehingga membuat permasalahan suplay dalam negeri," tambahnya.
Namun, ia mengatakan ekspor Indonesia akan kembali naik jika ekonomi global sudah membaik ditambah dengan tidak dipersulit dengan Deforestasi dan tentunya pengaturan suplay CPO dari dalam negeri.
"Akan kembali meningkat ada dua kondisi. Yang pertama, kondisi ekonomi global membaik dan hubungan kita dengan Eropa (deforistasi). Yang ketiga adalah suplay, kita kan sebagai salah satu negara produsen terbesar. Karena kalau itu tidak kita batasi, negara-negara produsen seperti Indonesia, Malaysia tidak mengontrol suplay, jadi produksi terus padahal permintaan terbatas, tentunya harga akan turun," jelasnya.
Baca Juga: Ekspor CPO Turun 27,11% pada Mei 2024, Gapki Ungkap Penyebabnya
Dalam krisis ekspor, dirinya mengatkan permintaan dalam negeri sejatinya bisa menolong para produsen CPO di dalam negeri.
"Kita mendorong permintaan dalam negeri untuk sebagai bemper kita, supaya mencegah penurunan harga CPO yang terlalu dalam. Apalagi kita mau masuk ke Biodiesel B40, kalau ini terjadi permintaan dalam negeri juga semakin tinggi. Kalau kita bisa jaga, maka suplay global juga akan terbatasi dan berpengaruh pada harga CPO yang naik," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News