kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Ini Penyebab Ekspor CPO Turun 27,11% pada Mei 2024


Selasa, 25 Juni 2024 / 14:06 WIB
Ini Penyebab Ekspor CPO Turun 27,11% pada Mei 2024
ILUSTRASI. GAPKI mengungkap penyebab penurunan ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia pada periode Mei 2024. REUTERS/Lim Huey Teng


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan ekspor CPO Indonesia menurun selama periode Mei 2024.

Ekspor CPO turun sebesar 27,11%, diikuti oleh ekspor batubara yang turun sebesar 16,85% secara tahunan (YoY), menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Menurut Eddy Martono, Ketua Umum GAPKI, penurunan ini disebabkan oleh kondisi pasar global yang kurang baik, yang mengakibatkan penurunan permintaan CPO.

"Selain itu, stok minyak nabati lainnya masih melimpah sehingga harga minyak sawit kita menjadi kurang kompetitif, membuat importir lebih memilih opsi yang lebih ekonomis," ujar Eddy kepada Kontan, Senin (24/6).

Baca Juga: Program Hilirisasi Sawit Terus Berkembang

Sebagai tambahan informasi, negara-negara penghasil minyak nabati lain seperti Rusia dan Ukraina, yang memproduksi minyak biji bunga matahari (sunflower seed), mulai menunjukkan kestabilan produksi setelah perang mereda.

Akibatnya, konsumen memiliki lebih banyak pilihan dalam mengimpor jenis minyak nabati. Di sisi lain, peningkatan penggunaan CPO di dalam negeri terus meningkat, membuat harga ekspor CPO menjadi kurang kompetitif di pasar global.

Meski begitu, Eddy tetap optimis bisa mencapai target pemerintah untuk memproduksi 100 juta ton CPO per tahun pada tahun 2045, sesuai dengan program Sawit Emas 2045.

"Untuk mendorong ekspor saat ini, yang utama adalah membuat harga kita lebih kompetitif. Kemudian, untuk mencapai 100 juta ton pada tahun 2045, yang utama adalah meningkatkan produktivitas atau intensifikasi karena ekstensifikasi sudah tidak dapat dilakukan," jelasnya.

Baca Juga: Industri Hilir Kelapa Sawit Ungkap Parameter Menuju Ekspor Produk Turunan CPO 100%

Ketua Bidang Luar Negeri GAPKI, Fadhil Hasan, mengatakan penurunan ekspor CPO sebenarnya sudah mulai terjadi sejak Februari tahun ini. Menurutnya, penurunan ini merupakan bagian dari tren jangka pendek dan menengah.

"Sebenarnya dari Februari sampai April (ekspor turun), ini tren jangka pendek menengah, kita belum tahu jangka panjangnya seperti apa," katanya.

Sebagai tambahan informasi, nilai ekspor CPO dan turunannya mencapai US$ 1,08 miliar, turun 22,19% dibandingkan bulan sebelumnya, dan turun 27,11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Sales Mastery [Mau Omzet Anda Naik? Ikuti Ini!] Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×